PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: March 01, 2014 / comment : 0


    Sahabat, mungkin anda lebih mengenal Kebumen dengan makanan khasnya yaitu lanting. Kota yang terletak di Jawa Tengah bagian barat ini ternyata juga memiliki kerajinan khas berupa Batik Kebumen. Sekilas Batik Kebumen tidak jauh berbeda dengan batik-batik dari daerah lain, namun Batik Kebumen mempunyai ciri khusus pada motifnya.

    Batik Kebumen sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, dibuat secara turun-temurun. Cikal bakal batik tulis Kebumen dimulai pada abad ke-19. Pada masa itu batik menjadi produk eksklusif bagi kalangan keraton. Keadaan itu berubah ketika Pangeran Bumidirdjo membuka wilayah Kebumen dan memperkenalkan batik kepada masyarakat. Sejarah lain menyebutkan, pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-19 yang dibawa oleh pendatang-pendatang dari Yogya dalam rangka dakwah Islam, salah satunya bernama Penghulu Nusjaf. Disana para pendatang mewariskan keterampilan dan kebiasaan membatik kepada penduduk sekitar wilayah Timur Kali Lukolo. Pendatang tersebut menetap disana, bahkan mendirikan masjid dan usaha untuk dikelola oleh masyarakat sekitar.

    Dulunya, Proses membatik pertama kali di Kebumen dinamakan teng-abang atau blambangan dan selanjutnya proses terakhir dikerjakan di Banyumas atau Solo. Sekitar awal abad ke-20 untuk membuat polanya dipergunakan kunir yang capnya terbuat dari kayu. Awalnya perajin batik di Kebumen menggunakan pewarna alam untuk batikannya. Sekitar tahun 1920 mulai digunakan pewarna sintetis. Seiring berjalannya waktu batik tidak hanya dikerjakan dengan teknik tulis, sekitar tahun 1930 pemakaian cap dari tembaga dikenalkan di Kebumen oleh Purnomo dari Yogyakarta.

    Pada tahun 1960 hingga tahun 1980-an, Batik Kebumen mencapai masa keemasannya. Saat itu batik tulis menjadi komoditas unggulan. Hampir seluruh wilayah di kabupaten ini memproduksi batik. Pada tahun 2004, Batik Kebumen sempat terpuruk namun kini perlahan mulai bangkit lagi. Pesanan pun datang tidak saja untuk pasar domestik tapi juga dari luar negari. Meski pesanan menumpuk, para pembatik tetap mempertahankan keaslian proses pembuatan secara tradisonal. Tak heran jika pengerjaan sebuah kain batik membutuhkan waktu satu hingga dua bulan. Sehelai kain Batik Kebumen dijual seharga ratusan ribu sampai jutaan rupiah.

    Batik Kebumen berbeda dengan keberadaan batik-batik di daerah lain yang masing-masing memiliki latar dan pengaruh dari berbagai unsur, sehingga batik dapat berkembang sebagai sebuah simbol budaya, adat istiadat dan spiritual. Batik Kebumen lebih berkembang sebagai murni seni batik yang menekankan pada nilai artistik bukan pada nilai filosofi yang bermakna nilai moral dan harapan-harapan. Sehingga justru menunjukkan keunikannya sendiri. Batik Kebumen yang berorientasi pada alam (ekologis), menggambarkan masyarakat Kebumen yang bersahaja dan sangat menghormati kehidupan yang ditawarkan oleh alam.

    Batik Kebumen memiliki motif yang beraneka ragam hingga ratusan motif. Sebagian besar bercorak flora, fauna, dan geometri. Motif batik Kebumen pada dasarnya ada tiga, yaitu merakan (burung merak), pelataran seperti daun-daunan yang lebar, dan jagatan atau sekar jagad. Masih ada motif kombinasi yang bercorak lengkap, yakni kawung, ada kawung uwer dan ada kawung jenggot. Dari segi warna, Batik Kebumen lebih beragam daripada batik dari daerah lainnya. Selembar kain batik bisa memiliki empat kombinasi warna, warna-warna yang sering dipakai yaitu cokelat, ungu, merah, biru, hijau, kuning, dan hitam. Ada pula batik tulis dengan dominasi warna merah (bang-bangan) atau biru (biron).

    Motif Merakan mudah dikenali dari ornamen bergambar burung merak, memanjang dari kepala hingga ekor. Di ujung sayap yang panjang, ada warna melingkar kecil-kecil. Motif Pelataran merupakan perpaduan gambar dedauan, dan bunga-bungaan yang ada di halaman, atau pelataran rumah. Motif Sekar Jagad atau jagatan tergolong paling istimewa dan banyak disukai, sebab motif ini menggambarkan kombinasi seluruh isi alam atau jagat raya ini. Ada pepohonan, pemandangan alam, ada rumah, bahkan pagar rumah kadang muncul pada motif ini. Untuk membuat motif jagatan atau srikit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama daripada batik lainnya. Waktu yang diperlukan mencapai 1-2 bulan. Hal ini dikarenakan kerumitan dari motif serta proses pewarnaan yang lama. Jika umumnya motif lain hanya dua kali pewarnaan, untuk motif jagatan butuh empat kali proses pewarnaan. Karena inilah harga untuk motif jagatan dan srikit lebih mahal. Selain itu, lamanya proses pembuatan karena umumnya para perajin menjadikan kegiatan membatik hanya sebagai kerjaan sambilan untuk mengisi waktu luang.

    Motif Merakan 

    Sumber: www.fitinline.com

    Corak Pelataran Motif Sekaran 

    Sumber: www.fitinline.com

    Motif Jagatan atau Sekar Jagad 

    Sumber: www.fitinline.com

    Motif Batik Kebumen, diantaranya yaitu motif jagalan, serikit, ngabah butah, kawung jenggot, pugeran, gringsing, ukel camel, dan masih banyak yang lainnya. Jenis paling mahal adalah batik tulis jagatan dan srikit, karena tingkat kesulitan pembuatannya tinggi, dan dihasilkan dari bahan baku dengan kwalitas premium.

    Batik Kebumen motif kawung jenggot, motif dasar dari kawung jenggot adalah motif kawung karena kawung jenggot merupakan pengembangan dari motif kawung itu sendiri. Motif kawung konon diciptakan oleh salah satu Sultan Mataram. Motif ini diilhami oleh sebatang pohon aren yang buahnya kita kenal dengan kolang kaling. Warnanya didominasi warna hitam, dan perpaduan antara gambar alam dan manusia, termasuk jenggot atau jambang lelaki.Motif ini dihubungkan dengan binatang kuwangwung.Jenis motif ini sangat langka, karena semua orang bisa membatik jenis motif ini.

    Batik Kebumen motif Beras Wutah, beras wutah dalam bahasa Kebumenan berarti beras tumpah. Motif batik beras wutah didominasi dengan warna putih sebagaimana beras yang tercecer. Warna dasar nya adalah coklat, sedangkan motif daun-daunan baik bermotif biru tua dan putih. Tapi kalau dicermati ternyata bukan motif daun-daunan tetapi sepertinya motif burung sedang mematuk beras yang tumpah.

    Batik Kebumen motif Beras Wutah 

    Sumber: www.fitinline.com

    Batik Kebumen Motif Glebagan 

    Sumber: www.fitinline.com

    Sentra Batik Kebumen terletak di desa Watubarut Kecamatan Kebumen, Desa Seliling Kecamatan Alian, Desa Jemur Kecamatan Pejagoan, Kampung Tanuraksan Desa Gemesekti, Batil, Surotrunan, Kambangsari, Pesawahan dan Ganggengan. Di Desa Watubarut yang menjadi cikal bakal usaha batik tulis, aktivitas batik membatik kini benar-benar punah, lantaran tak ada generasi penerus.

    Kegiatan membatik di Kebumen mulai ditinggalkan seiring menurunnya minat masyarakat untuk membatik, kurangnya permodalan serta masyarakat menganggap tidak prospeknya usaha membatik, membatik memerlukan ketekunan dan menyita banyak waktu, namun keuntungan yang dihasilkan tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang dibuang.

    Upaya Pemkab setempat dalam mengembangkan industri kreatif batik belum menjadi prioritas. Meski bukan merupakan prioritas, namun bisa dikatakan bahwa perhatian Pemerintah Kabupaten Kebumen terhadap keberadaan industri batik ini sangat besar. Beberapa tindakan yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Kebumen antara lain Inventarisasi jumlah perajin, inventarisasi jumlah dan jenis motif Batik Kebumen. Sosialisasi produk, memperkenalkan produk batik Kebumen kepada masyarakat Kebumen maupun masyarakat luar. Pelatihan pengembangan keterampilan, pendaftaran HKI atas beberapa motif Batik Kebumen.

    Yuk, jadikan Batik Kebumen salah satu koleksi batik kita. Semoga bermanfaat ya.

    Sumber: Fitinline

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says