PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: January 01, 2015 / comment : 2


    Penduduk Provinsi Bengkulu berasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari suku Rejang, Serawai, Lembak dan Suku Melayu. Terdapat empat bahasa daerah yang digunakan masyarkat Bengkulu yakni, Bahasa Melayu, Bahasa Rejang, Bahasa Pekal dan Bahasa Lembak.

    Melayu Bengkulu adalah suku bangsa yang ada di provinsi Bengkulu dan merupakan suku berpolulasi terbesar keempat di provinsi tersebut. Pada umumnya, Melayu Bengkulu bermukim di ibukota provinsi Bengkulu yaitu kota Bengkulu.

    Bahasa Melayu

    Bahasa Melayu Bengkulu memiliki beberapa pengucapkan kata yang sama dengan Melayu lainnya, seperti Melayu Minang, Melayu Palembang, Melayu Jambi, dan Melayu Riau, terutama yang berlogat "o". Penuturan bahasa Melayu di Bengkulu hampir mirip penuturan bahasa Melayu dialek Negeri Sembilan, Malaysia.

    Orang Bengkulu asli sangat mengindahkan tuturan atau sapaan atau panggilan pada seseorang. Apalagi kepada orang yang usianya lebih tua, tabu kalau sampai memanggil namanya saja seperti memanggil teman sebaya. Karena di Propinsi Bengkulu terdapat beragam bahasa, berikut ini adalah panggilan atau sapaan kepada seseorang menurut bahasa Kota Bengkulu:

    • Orang tua laki-laki disapa: Ayah, Bak, atau Abah
    • Orang tua perempuan disapa: Mak, Ibu
    • Kakak tertua laki-laki disapa: Dang
    • Kakak tengah laki-laki disapa: Donga
    • Kakak kecil laki-laki disapa: Docik
    • Kakak tertua perempuan disapa: Inga
    • Kakak tengah perempuan disapa: Ciknga
    • Kakak kecil perempuan disapa: Dodo, Cik Anjong, Cik Endek
    • Adik terkecil laki-laki atau perempuan disapa: Bungsu
    • Paman disapa: Wan • Bibi (saudara Ayah atau Ibu) disapa: Cucik, Bucik
    • Orang tua Ayah atau Ibu yang laki-laki disapa: Datuk
    • Orang tua Ayah atau Ibu yang perempuan disapa: Nenek
    • Orang tua Datuk atau Nenek disapa: Poyang
    • Laki-laki yang sebaya dengan Wan disapa: Pak Uncu
    • Perempuan yang sebaya dengan Cucik, Bucik disapa: Uncu
    • Kakak Ayah atau Ibu yang laki-laki disapa: Pakdang
    • Kakak Ayah atau Ibu yang Perempuan disapa: Ibudang
    • Laki-laki yang sebaya dengan kakak laki-laki disapa: Udo
    • Perempuan yang sebaya dengan kakak perempuan disapa: Cuk Udo, Uning
    • Anak Paman atau Bibi disapa: Donga (untuk laki-laki) atau Ciknga (untuk perempuan)
    • Anak Wan atau anak Cucik disapa: Nakan
    • Anak dari cucu disapa: Piyut
    • Anak dari Piyut disapa: Cicit

    Ada petata petitih lama (Asli Bengkulu) yang ditulis dalam naskah kuno huruf Arab, bahasa Bengkulu pada tahun 1553 M, nama penulisnya tidak disebutkan atau tidak ditemukan atau rusak, hilang. Karena sewaktu ditemukan naskah tersebut ini telah lusuh, lapuk dan sebagian telah rusak ditelan usia. Hanya tahun penulisan yang masih nampak. Naskah ini ditemukan di Provinsi Banten Tahun 1994, berbunyi dalam alih bahasa lebih kurang sebagai berikut :

    Endak Möran pa-ï Lopak,
    Hendak tidü pa-ï kebiduk,
    Dihulu tempek apak (bapak),
    Dimuarë tempek induk,
    Disitu melepekan niat.

    (Naskah kuno ini nampaknya merupakan himpunan nyanyian anak laut).

    Kata-kata yang terkandung didalamnya memiliki filosofis yang tinggi bermakna: Kalau hendak mencari kehidupan yang lebih baik pergilah kekota. Kalau hendak istirahat, bersantai dan menenangkan pikiran kembalilah berkumpul di tanah kelahiran, dan sedekahkanlah sebagian harta yang kamu peroleh di negeri orang, pada negeri ibu tercinta Bengkulu.

    Ada empat kata-kata Bengkulu yang kita peroleh dari petata petitih ini, yaitu kata Möran, pa-ï, Lopak, dan tidü sedangkan kata lainnya sepeti kata biduk, hulu, muarë (o) diambil dari bahasa Malayu. Mungkin masih lebih banyak lagi kata-kata Bengkulu, yang belum diketahui.

    Bahasa Rejang

    Abjad Bahasa Rejang (https://lastia.wordpress.com)

    Bahasa Rejang, adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Rejang di daerah Lebong, Kepahiang, Curup dan sampai di tepi sungai ulu musi di perbatasan dengan Sumatera Selatan. Suku Rejang menempati kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang, dan kabupaten Lebong. Dialek bahasa yang digunakan penutur bahasa Rejang, jauh berbeda dengan bahasa Melayu dan bahasa daerah di Sumatera lainnya. Suku Rejang merupakan salah satu dari 18 lingkaran suku bangsa terbesar di Indonesia.

    Bahasa Rejang memiliki perbedaan dalam penuturan dialek bahasa. Dialek Rejang Kepahiang berbeda dengan dialek Rejang Curup di kabupaten Rejang Lebong, dialek Rejang Bengkulu Utara (identik dengan dialek Rejang Curup), dan dialek Rejang Lebong di kabupaten Lebong.

    Dialek dalam bahasa Rejang:

    1. Dialek Rejang Kepahiang 
    2. Dialek Rejang Curup 
    3. Dialek Rejang Lebong

    Dari tiga pengelompokan dialek Rejang tersebut, saat ini Rejang terbagi menjadi Rejang Kepahiang, Rejang Curup, dan Rejang Lebong. Namun, meskipun dialek dari ketiga bahasa Rejang tersebut relatif berbeda, tapi setiap penutur asli bahasa Rejang dapat saling memahami walaupun terdapat perbedaan kosakata pada saat komunikasi berlangsung.

    Bilangan
    • Do = satu 
    • Duey = dua 
    • Telew = tiga 
    • Pat = empat 
    • Lemo = lima 
    • Enum = enam 
    • Tojok = tujuh 
    • Lapen = delapan 
    • Smilan = sembilan
    • Sepoloak = sepuluh 
    • Dueipoloak = duapuluh 
    • Mopoloak = limapuluh 
    • Sotos = seratus 
    • Serebay = seribu
    Kamus Bahasa Rejang

    Bahasa Indonesia
    Dialek Lebong
    Dialek Curup
    Dialek Kepahiang
    kamu
    ko
    ko
    ko
    aku, saya
    uku
    uku
    uku
    mau
    lok
    lak
    lak
    makan
    muk
    muk
    muk
    nasi
    mei
    mie
    mea
    menikah
    betunok
    betunak
    betunak
    siapa
    api
    api
    api
    nama
    gen
    gen
    gen
    jangan
    jibeak
    ji’beak
    jikba
    menabrak
    numua
    menumua
    menumur
    darat
    da'et
    da'et
    dahet
    air
    bioa
    bioa
    bioa
    sedikit
    didik
    didik
    didik
    banyak
    dau
    deu
    deu
    cucung
    kepau
    peu
    kepeu
    pergi
    alau
    aleu
    aleu
    lemea
    lema
    lema
    dusun
    sadei
    sadie
    sadea
    marah
    mengiak
    mengiak
    mengeah

    Selanjutnya silahkan, klik disini.

    Bahasa Pekal

    Suku Pekal bermukim di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Muko-muko yang tersebar dibeberapa kecamatan. Mayoritas penduduk petani dan pekebun. Orang Pekal menggunakan bahasa sendiri yaitu bahasa pekal.

    Bahasa suku Pekal jelas memperlihatkan campur bahasa antara bahasa Minangkabau dan bahasa Rejang. Pada saat sekarang, campur bahasa tersebut tidak hanya terbatas pada bahasa Minangkabau dan Rejang, namun juga mengambil bahasa-bahasa lainnya seperti Batak, Jawa dan Bugis. Perbedaan varian bahasa menjadi ciri khas lainnya dari campur bahasa pada sukubangsa Pekal. Varian tersebut berkaitan dengan intensitas hubungan dengan sukubangsa Minangkabau dan Rejang. Jika daerah tersebut lebih dekat dengan daerah Budaya Rejang, varian bahasa yang terlihat dari dialek akan mengarah pada bahasa Rejang, jika mendekati wilayah budaya Minangkabau akan mengarah pada bahasa Minangkabau.

    Berikut ini adalah contoh kosakata bahasa Pekal yang menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan beberapa bahasa Para-Melayu:

    Bahasa Pekal (Bengkulu)
    apo
    lawik
    liek
    kucing
    lalui
    ulah
    kehas
    manis
    lutuik
    Bahasa Minangkabau (Sumatera Barat)
    apo
    lauiÊ”
    liaiÊ”/caliaÊ”
    kuciang
    pai
    ula
    kareh
    manih
    lutuiÊ”
    Bahasa Mukomuko (Bengkulu)
    apo
    laut
    liek
    kucieng
    paing
    ula
    kaqeh
    manih
    lutut
    Bahasa Urak Lawoi'' (Thailand Selatan)
    nama
    lawoiÊ”
    lihaiÊ”
    mi'aw
    pi
    ulal
    kras
    maneh
    lutoiÊ”
    apa
    laut
    lihat
    kucing
    pergi
    ular
    keras
    manis
    lutut

    Bahasa Lembak

    Suku Lembak adalah suku bangsa yang pemukimannya tersebar di kota Bengkulu, Bengkulu Utara, kabupaten Bengkulu Tengah, kabupaten Rejang Lebong, dan kabupaten Kepahiang. Suku Lembak di kabupaten Rejang Lebong bermukim di kecamatan Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi, dan Kota Padang. Di kabupaten Kepahiang, suku Lembak mendiami desa Suro Lembak. Suku lembak juga mendiami wilayah daerah Kota Lubuklinggau dan kabupaten Musi Rawas yang berada di wilayah provinsi Sumatera Selatan.

    Suku Lembak tidak jauh berbeda dengan masyarakat Melayu pada umumnya, namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Jika ditinjau dari segi bahasanya, suku Lembak dengan Melayu Bengkulu (pesisir) terdapat perbedaan dari segi pengucapan kata-katanya, Melayu Bengkulu kata-katanya banyak diakhiri dengan huruf 'o' sedangkan suku Lembak banyak menggunakan huruf 'e', selain itu ada kosakata yang berbeda.

    Contoh kausa kata dari Kamusiana sebagai berikut :



     Untuk mengetahui lebih jelas Bahasa Lembak, klik disini.

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    2 for Mengenal Bahasa Bengkulu

Comments

The Visitors says