PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: March 01, 2014 / comment : 0


    Kabupaten Banjarnegara terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini tak hanya terkenal karena ada petinju kelas dunia yaitu Chris John, dataran tinggi Dieng, minuman segar tradisional Dawet Ayu ataupun Salak Pondoh. Banjarnegara juga mulai dikenal masyarakat luas karena seni kerajinan batiknya.

    Sampai saat ini, belum ada penelitian khusus mengenai sejarah Batik Gumelem. Ada banyak versi yang mengisahkan perjuangan hidup Batik Gumelem. Sejarah Batik Gumelem juga terkait dengan sejarah Batik Banyumas yang berpusat di Sokaraja (abad ke-15). Sejak Perang Diponegoro tahun 1830, saat Pangeran Puger mengungsi ke Banyumas yang diikuti oleh para punggawa, budayawan, dan juga seniman. Seorang pengikut yang terkenal waktu itu adalah Najendra, yang mengembangkan batik celup Sokaraja. Di tempat baru tersebut, mereka mulai mengembangkan seni kerajinan batik dengan coraknya masing-masing. Salah satunya munculah Batik Gumelem.


    Sumber: https://rifkiadhis.blogspot.com

    Ada juga yang berpendapat bahwa kerajinan Batik Gumelem berawal dari berdirinya tanah perdikan Gumelem yang kemudian menjadi Kademangan Gumelem pada tahun 1573. Miniatur kehidupan istana seperti pranata, trapsila, busana, dan tata praja di wilayah pedesaan secara baik ditemukan pada ragam kehidupan di Kademangan Gumelem. Layaknya wilayah perdikan, kademangan Gumelem mengatur wilayahnya sendiri. Pembatik adalah salah satu dari satuan kerja teknis yang bertugas membuat kain batik bagi keperluan busana keluarga, kerabat dan santana dalem kademangan.


    Sumber: https://jendelakatatiti.wordpress.com

    Masa keemasan Batik Gumelem mulai pudar seiring dengan lunturnya jaman Kademangan yang merupakan tanah perdikan (bebas pajak) di bawah pengaruh Kasunanan Surakarta. Status dan wilayah Kademangan berubah karena Surakarta dilanda krisis politik dan pemerintahan (sekitar tahun 1965). Status kademangan Gumelem menjadi Desa Praja. Wilayah Gumelem dibagi dua menjadi Gumelem Wetan dan Gumelem Kulon. Keterkaitan dengan sejarah Batik Banyumas menjadikan Batik Gumelem punya kesamaan dengan Batik Banyumas. Seperti motif Kawung, di Gumelem menjadi Kawung Ceplokan, Jahe Serimpang, Godong Lumbu, Pring Sedapur dan sebagainya. Batik Gumelem juga tidak meninggalkan corak batik klasik Sidomukti dan Sidoluhur khas Keraton.


    Sumber: https://banyumasnews.com

    Sumber: https://banyumasnews.com

    Batik Gumelem memang belum setenar batik Jogja, Solo, Pekalongan maupun Banyumas. Jumlah pengrajin Batik Gumelem saat ini sejumlah 55 orang yang tersebar di tiga desa, yaitu 20 orang di Desa Gumelem Wetan, 24 orang di Desa Gumelem Kulon, dan 11 orang di Desa Panerusan Wetan. Batik Gumelem mempunyai ciri khas asli batik tulis yang masih berdasarkan pakem. Batik Gumelem cenderung berwarna sogan (coklat), hitam, dan kuning, serta bermotif bunga, kawung, dan parang. Saat ini sudah terdapat sentra penghasil batik di Banjarnegara, pusatnya ada di Desa Gumelem Kecamatan Susukan, yang berbatasan dengan Banyumas. Pusatnya Batik Gumelem ada di Dukuh Dagaran dan Karangpace (Gumelem Wetan) dan Dukuh Ketandan, Beji dan Kauman (Gumelem Kulon).


    Sumber: https://galleryarttami.com

    Sumber: https://galleryarttami.com

    Motif Batik Gumelem pun terbagi dalam dua corak, yaitu klasik dan kontemporer. Corak klasik antara lain Pring Sedapur, Gajah Uling, Sungai Serayu, Udan Liris, Rujak Senthe, Jahe Serimpang, Sido Mukti, Grinting, Galaran, Buntelan, Sidoluhur, Ukir Udar, Sekar Jagad, Gabah Wutah, Blaburan, Parang Angkrik, Parang Angkrik Seling, Kopi Pecah. Pada motif kontemporer sudah sedikit banyak perbedaan dengan Batik Banyumas. Motif kontemporer lebih variatif demi mengakomodir kekhasan Banjarnegara. Penggunaan warna yang lebih berani seperti hijau, merah, biru dan warna-warna lain sesuai keinginan, dikerjakan oleh pembatik-pembatik muda, corak relatif jarang-jarang dan besar-besar, satu muka atau dituangkan hanya satu sisi kain, dan dapat disesuaikan dengan pesanan, baik waktu pengerjaan, warna maupun harga. Contoh corak kontemporer yaitu Sawung Alit, Lumbu Pari, Kawung Ceplokan, Kantil Rinonce, Sekar Tirta, Pilih Tanding, Salak Raja, Sekar Kinasih. Batik Banjarnegara juga menggunakan elemen alam kawasan Dieng dan sekitarnya, seperti Purwaceng, Keramik Klampok, Seruling Mas, Cendol Salak, Cendol Wutah, Dawet Ayu, Salak Tanjung, Candi Kusuma, dan lain sebagainya.


    Sumber: https://01effendi.blogspot.com

    Sumber: https://www.batikgumelem.com

    Sumber: https://galleryarttami.com

    Sekitar beberapa tahun 2006 lalu, Batik Gumelem mulai berkembang lagi. Didukung dengan kebijakan Pemerintah Daerah yang mewajibkan Pegawai Negeri Sipil mengenakan batik setiap hari Rabu, Jumat dan Sabtu. Masyarakat umum juga harus mau dan bangga memakai Batik Gumelem dalam berbagai kesempatan. Pengaruh penghargaan dan pengakuan UNESCO dengan mengakui batik sebagai warisan budaya dunia juga turut mendorong tumbuhnya industri batik rakyat di Banjarnegara.


    Sumber: https://rifkiadhis.blogspot.com

    Sahabat bisa menjadikan Batik Banjarnegara sebagai salah satu koleksi batik anda. Semoga bermanfaat.

    Sumber: Fitinline

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says