PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: July 14, 2013 / comment : 0

    Oleh Tri Agus Yogawasista

    Situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat (keajaibandunia.net)

    Terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
    Koordinat GPS : 6° 59' 31.32" S, 110° 3' 21.78" E

    Situs Gunung Padang merupakan Punden Berundak yang tidak simetris, berbeda dengan punden berundak simetris seperti Borrobudur, juga berbeda dengan punden berundak simetris lainnya yang ditemukan di Jawa Barat seperti situs Lebak Sibedug di Banten Selatan. Sebuah punden berundak tidak simetris menunjukkan bahwa pembangunan punden ini mementingkan satu arah saja ke mana bagunan ini menghadap.

    Bahan bangunan pembuat situs adalah batu‐batu besar andesit, andesit basaltik, dan basal berbentuk tiang-tiang dengan panjang dominan sekitar satu meter berdiameter dominan 20 cm. Tiang-tiang batuan ini mempunyai sisi-sisi membentuk segibanyak dengan bentuk dominan membentuk tiang batu empat sisi (tetragon) atau lima sisi (pentagon).

    Rekontruksi Arsitektur Bangunan Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat (nrmnews.com)

    Setiap teras mempunyai pola-pola bangunan batu yang berbeda-beda yang ditujukan untuk berbagai fungsi. Teras pertama merupakan teras terluas dengan jumlah batuan paling banyak, teras kedua berkurang jumlah batunya, teras ke-3 sampai ke-5 merupakan teras-teras yang jumlah batuannya tidak banyak.

    Luas area ini secara keseluruhan dilaporkan sekitar tiga hektare (30.000 m2) dengan luas total lima teras 3132 m2 sehingga di beberapa publikasi internet dinyatakan sebagai situs megalitikum terluas di Asia Tenggara.

    Situs Gunung Padang, Cianjur (eshaputra.blogdetik.com)

    Laporan pertama tentang Gunung Padang muncul dalam laporan tahunan Dinas Purbakala Hindia Belanda tahun 1914 (Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie). N.J. Krom tidak melakukan penelitian mendalam atasnya, hanya menyebutkan bahwa situs ini diperkirakannya sebagai sebuah kuburan purbakala.

    Situs ini kemudian dilaporkan kembali keberadaannya pada tahun 1979 oleh penduduk setempat kepada penilik kebudayaan dari pemerintah daerah. Sejak itu, situs ini telah diteliti cukup mendalam meskipun masih menyisakan berbagai kontroversi.

    Para ahli purbakala atau yang meminati kepurbakalaan telah melakukan berbagai penelitian atas situs ini. Sebagian besar hasil penelitiannya tidak bisa diakses dengan mudah oleh umum, hanya tersimpan sebagai publikasi ilmiah profesional.


    Beberapa lembaga yang pernah melakukan penelitian di sini adalah: Direktorat Sejarah dan Purbakala, Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Balai Arkeologi Bandung dan sebuah lembaga swasta Bandung Fe Institute.

    Gunung Padang bisa jadi merupakan tempat upacara penyembahan yang dilengkapi dengan alat-alat musik terbuat dari batu. Situs Gunung Padang juga pernah diteliti sebagai situs pertama di Indonesia yang menjadikan batuan megalitik sebagai alat musik. Dahlan dan Situngkir (2008) dari Bandung. Fe Institute pernah meneliti bilah-bilah batu yang bisa mengeluarkan nada dentingan tinggi ketika dipukul oleh batu lain.

    Perbandingan Candi Borobudur dengan Situs Megalitikum Gunung Padang (keajaibandunia.net)

    Pengukuran frekuensi nada dan perhitungan matematika yang dilakukan mereka menemukan bahwa bilah-bilah batu yang diperuntukkan sebagai alat musik ini dapat mengeluarkan nada dengan frekuensi di antara 2600-5200 kHz yang selaras dengan nada f’’’, g’’’, d’’’, a’’’ (‘’’ – menunjukkan tiga oktaf).

    Penulis dan seorang rekan geologist mencoba memukul-mukul tiga bilah batu yang telah dipetakan oleh Dahlan dan Situngkir (2008) sebagai batu musik, dan memang ketiga bilah batu ini mengeluarkan nada dengan dentingan (pitch) yang tinggi. Bilah-bilah batu ini memang diperuntukkan sebagai alat musik, terbukti bahwa mereka ditahan di atas tanah dan bagian bawah batuannya dibuat lumpang untuk menambah ruangan gema.

    Anak tangga dari batu menuju puncak situs megalitik Gunung Padang.(tribunnews.com)

    Dibawah ini gambaran Gunung Padang menurut pandangan seorang arsitek. Pong Jatnika (Arsitek Indonesia).

     


    Penelitian mengenai Situs Gunung Padang dilakukan sejak November 2011. Setelah diteliti selama hampir dua tahun hingga sekarang, diketahui bahwa Situs Gunung Padang bukanlah sebuah situs yang sederhana, melainkan sebuah monumen yang sangat besar. Situs ini diperkirakan luasnya mencapai 10 kali luas Candi Borobudur di Jawa Tengah.

     


    Koordinator Tim Peneliti Mandiri Terpadu Gunung Padang, Prof. Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan selama ini terlihat bahwa susunan batu pada Situs Gunung Padang sudah cukup maju.



    Susunan batu tersebut mirip dengan teknologi Situs Machu Pichu di Peru. Menurut Danny, yang lebih mengejutkan dari penemuan Situs Gunung Padang ini yaitu umur susunan batu yang berbeda-beda dari setiap lapisannya.



    Lapisan teratas berumur lebih muda, yaitu 500 tahun Sebelum Masehi, ada pula lapisan yang berumur 7.000 tahun Sebelum Masehi. Bahkan, jika dihitung hingga lapisan terbawah, Situs Gunung Padang diperkirakan usianya sekitar 13 ribu tahun.

    “Gunung Padang itu suatu monumen yang besar. Punden berundaknya yang lapisan pertamanya itu tingginya sampai 100 meteran, jadi luasnya 150 hektar, yang jelas 10 kali lebih besar dari bangunan (Candi) Borobudur. Dibilang menunjukkan umurnya lebih dari 13 ribu tahun itu sudah ada sekitar 3 atau 4 carbon dating (pengukuran umur lapisan berdasarkan kandungan unsur karbon di lapisan tersebut—red) yang kita lakukan di peta analisis,” papar Danny Natawidjaja.


    Danny mengatakan, dengan usia yang sedemikian tua, maka Situs Gunung Padang dapat dikatakan sebagai situs peradaban tertua di dunia, melebihi Pyramid Giza di Mesir, peradaban Mesopotamia, dan peradaban bangsa Arya, yang usianya antara 2.500 hingga 4.000 tahun Sebelum Masehi. Sehingga dengan demikian, keberadaan Situs Gunung Padang secara otomatis bisa mengubah peta peradaban dunia.

    Danny Natawidjaja menambahkan, “Peradaban dunia yang dikenal manusia itu kan yang majunya baru sekitar 6.000 tahun, Mesopotamia, kemudian yang di Mesir, (Piramida) Giza itu, yang 2.500-2.800 tahun Sebelum Masehi. Itu yang dianggap sebagai peradaban tertua di dunia. Kalau kita bilang Gunung Padang usianya 13.000 tahun, tumbang semua. Itu tentunya akan menjadikan kita (Indonesia) yang menjadi pusat peradaban di masa lalu.

    Sumber :
    1. Rovicky
    2. VOA Indonesia

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says