PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: December 22, 2014 / comment : 0


    Cepu (“tjepoe”) adalah sebuah kota kecamatan yang berada di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kota ini menjadi perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan Sungai Bengawan Solo sebagai pemisahnya. Kecamatan Cepu dikenal sebagai kota penghasil Minyakbumi dan Kayu Jatinya.

    Penambangan Minyak dan Gas Bumi

    Sumur minyak di Cepu ini pertama kali ditemukan pada tahun 1890 oleh Bataafsche Petroleum Maatchappij (BPM), sebuah perusahaan minyak dari Belanda, yang kemudian berganti nama menjadi Shell.

    Sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia, melalui satu Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan Presiden pada 20 Agustus 1968, PN PERMINA yang bergerak di bidang produksi digabung dengan PN PERTAMIN yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (Pertamina).

    Sumur minyak tua dan gas yang tersebar di wilayah sekitar Cepu, Nglobo, Ledok, dan Wonocolo. Jumlah sumur tua yang telah mencapai 648 buah dengan 112 di antaranya masih aktif memproduksi.

    Nama Cepu semakin dikenal dengan eksplorasi Blok Cepu. Blok ini mencakup wilayah Cepu dan Bojonegoro dengan kandungan minyak diperkirakan mencapai jutaan barel. Ada dua operator besar yang terlibat dalam eksplorasi minyak, yakni Exxon Mobile dan Pertamina. Pihak lain yang terlibat adalah Pemerintah Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Blora, dan Pemerintah Bojonegoro.

    Penambangan Tradisional

    Penambangan Minyakbumi oleh masyarakat Cepu (https://kotakkatikdikamar.blogspot.com)

    Sebagian besar sumur-sumur tua secara tradisional ditambang oleh masyarakat setempat. Mereka menggunakan tali dan ember ditarik oleh sekitar 15 orang atau menggunakan sapi untuk menderek.

    Menarik timba minyakbumi dengan Truk bekas dengan roda belakang (https://www.bedigal.com)

    Sumur tua umumnya terletak di daerah perbukitan dan di tengah-tengah hutan jati. Dengan demikian, upaya ekstra harus mampu untuk melihatnya. Agak seperti sedikit petualangan.

    Pompa Angguk (Sucker Rod Pump)

    Pompa Angguk peninggalan Kolonial Belanda (https://www.infoblora.com)

    Wisata sejarah sumur tua masih menggunakan Pompa Angguk (Sucker Rod Pump) peningalan zaman kolonial. Untuk menuju ke sana tidaklah sulit, sebab ada beberapa tempat yang masih memiliki sumur angguk. Seperti di Desa Nglobo, Kecamatan Jiken, kemudian Desa Semanggi Kecamatan Jepon.

    Skema cara kerja Pompa Angguk (https://pompakompressor.blogspot.com)

    Dari Kota Blora menuju ke arah Randublatung, kemudian ada pos pemeriksaan hasil hutan belok kiri sekitar 4 km sudah bisa melihat sumur angguk itu. Sumur angguk memang memiliki kekhasan sendiri, selain mengeluarkan bunyi nyaring juga sangat beraturan, bentuknya juga unik.

    Loko Tour

    Stasiun awal Loko Tour (https://www.infoblora.com)

    Loko Tour di Cepu sudah dibuka sejak 1978. Dan jenis wisata ini merupakan serangkai dari objek wisata yang berada di wilayah Kabupaten Blora, seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Jati milik Perusahaan Umum Perhutani Pusat yang berada di Kesatuan Pemangku Hutan Cepu dan wisata geologi berupa pengeboran minyak dan gas bumi. Di Jawa Tengah, hanya ada dua Loko Tour, yaitu di Cepu dan di Ambarawa.

    lokomotif tua buatan Berliner Maschinenbaun Jerman tahun 1928 (https://en.wikipedia.org)

    Loko Tour merupakan paket perjalanan wisata di hutan jati Cepu yang menggunakan rangkaian kereta api yang ditarik oleh lokomotif tua buatan Berliner Maschinenbaun Jerman tahun 1928. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu tunggak (akar kayu). Sekali perjalanan, loko tua ini membutuhkan sebanyak delapan kubik kayu (8 staple).

    Gerbong Loko Tour (https://ardindatyas.blogspot.com)

    Dengan Loko tua yang bisa menampung maksimal 60 penumpang ini, saya memulai perjalanan dari Kantor Perhutani Jalan Sorogo Kesatuan Pemangku Hutan Cepu, sekitar 35 kilometer ke arah tenggara Kota Blora. Selanjutnya kereta kuno ini melintasi hutan jati wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Ledok, Kendilan, Pasar Sore, Blungun, Nglobo, Cabak, dan Nglebur. Jarak tempuhnya mencapai 60 kilometer dengan kecepatan maksimum 20 kilometer per jam. Lokasi yang ditempuh cukup menarik karena berada di ketinggian 25 – 30 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara 22-34 derajat celcius dan curah hujan yang rata-rata 1.670 milimeter per tahun.

    Gerbong Loko Tour (https://ardindatyas.blogspot.com)

    Wisata Loko Tour juga menggelar berbagai macam hiburan kesenian daerah, antara lain kesenian tayub, penanaman jati, tebangan, seradan, serta kunjungan ke museum jati dan Pusat Pengembangan Bio Teknologi Hutan.

    Loko Tour 
    Kantor Perhutani KPH Cepu
    Jln. Sorogo No. 02, Bojonegoro, Jawa Tengah
    Telp.: (62) 296 423 328

    Gedung Pertemuan SOS Sasono Suko

    Gedung Pertemuan SOS Sasono Suko, Cepu (https://adepypy.blogspot.com)

    Gedung Pertemuan SOS Sasono Suko terletak di desa Wonorejo Kelurahan Cepu.

    Stasiun Kereta Api Cepu


    Stasiun Cepu (CU) adalah stasiun kereta api yang terletak di Balun, Cepu, Blora. Stasiun yang terletak pada ketinggian +28 m dpl ini berada di Daerah Operasi 4 Semarang, dan merupakan stasiun KA aktif yang berada paling timur di Jawa Tengah. Stasiun Cepu adalah stasiun KA terbesar di Kabupaten Blora, dan berada di depan Lapangan Ronggolawe. Dari Stasiun Cepu terdapat bekas percabangan rel kereta api menuju Kota Blora, yang kini sudah tidak aktif.

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says