Para model berjalan, berlari kecil, menari, melompat, berdansa, melenggang, dan menggerakkan semua bagian tubuhnya dengan bebas, mengikuti irama lagu. Tidak ada aturan catwalk dan pose a la peragawati, semuanya tampak lepas berekspresi.
Inilah sebuah sequence yang akan kita temukan setiap kali Obin menggelar fashion show-nya. Dan ini juga yang selalu konsisten ditampilkannya; kain tradisional yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari, dalam segala aktivitas kseharian seorang wanita Indonesia.
Obin adalah si Tukang Kain. Ia tidak ingin menyebut dirinya sebagai desainer, perajin, atau ahli mode. Obin berangkat dari kecintaannya terhadap kain-kain Indonesia, yang baginya adalah jati diri dan identitas sebagai orang Indonesia. Demikian pula dengan koleksi busana dan kain olahannya, yang tidak pernah mengikuti trend apapun, dan tidak mengenal season seperti koleksi desainer pada umumnya. Ia terus berkreasi dengan kain dengan harapan kita semua, orang Indonesia, bangga memakai kain Indonesia sebagai bagian dari gaya berbusana sehari-hari.
Setiap show dan eksposisinya selalu menunjukkan hal tersebut. Bahwa sepotong kain, apapun teknik olahan dan coraknya – batik, tenun, ikat, bordir, sulam, tie dye – memiliki daya pakai yang sangat tinggi. Asumsi kita, terutama anak muda yang menganggap kain hanya untuk dipakai pada acara tertentu, dan penampilan tertentu, sebenarnya hanya merupakan keengganan kita untuk mengenal lebih dekat kebudayaan kita.
Obin selalu membuktikan bahwa sepotong kain bisa diolah menjadi apa saja, dipakai dengan cara apapun juga. Memakai kain tidak akan membatasi gerakan dan aktivitas kita. Memakai kain pun tidak berarti mengubah karakter pribadi kita. Kita bisa tetap terlihat sporty, dinamis, tomboy, cuek, feminin, atau elegan dengan kain. Obin menunjukkan padu-padannya, yang seringkali tidak pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya.
Memakai kain dengan corak, teknik, dan craftmanship asli Indonesia juga berarti menghargai nilai-nilai budaya kita. Ini yang selalu ditekankan Obin, bahwa kita, orang Indonesia punya identitas sendiri. Setiap daerah di Indonesia mempunyai kain tradisional yang merupakan warisan budaya turun termurun, yang di dalamnya terkandung kearifan lokal, cara berpikir, know-how, ways of life, dan value yang tidak ternilai harganya.
Kearifan budaya tersebut tidak mungkin tersampaikan kepada generasi berikutnya jika tidak menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Ibu Mien Uno, misalnya, cintanya kepada kebaya terinternalisasi karena di masa kecilnya, ia sering melihat ibunya memakai kebaya. Sosok wanita yang cantik, anggun, dan mempunyai karakter kuat tersebut menginspirasinya hingga saat ini.
Demikian pula anak-anak dan generasi di bawah kita kelak akan terinspirasi dengan apa yang nampak sehari-hari. Memakai kain sebagai bagian dari busana akan mewariskan ‘identitas’ bangsa ini. Seperti ekspresi yang dipilih Obin pada peragaan ini; “Saya Adalah Indonesia, karena di dalam tubuhku mengalir segala rasa dan nuansa Indonesia.”
Karena misi inilah, Bank Permata mendukung penuh peragaan ini dan mempersembahkannya kepada para pecinta fashion Indonesia di Jakarta Fashion Week 2015 lalu. Bank Permata sebagai ‘Bank untuk Anda dan Keluarga’ melihat pentingnya nilai-nilai dan makna filosofi yang melekat pada sebuah busana, dan bagaimana hal tersebut diperkenalkan dalam keluarga. Fashion & family menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Melihat show Obin selalu melahirkan rasa bangga dengan kain Indonesia, dan kembali menguatkan keinginan saya untuk mengenakan kain dalam aktivitas sehari-hari. Ini adalah identitas kita, karena Kita Adalah Indonesia.
Sumber: Femaledaily
No comments: