PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: March 12, 2016 / comment : 0

    Masjid Lempur Tengah atau Masjid Lamo (https://18foto-foto-foto.blogspot.co.id) 

    Masjid Kuno Lempur Tengah atau Masjid Lamo terletak di Desa Lempur Tengah, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dengan luas lahan 207 m2 dan luas bangunan 144 m2.

    Sejarah


    Masjid Lamo, kapan berdirinya tidak diketahui secara pasti, menurut dua nara umber sebagai berikut:

    Sulaiman, sesepuh dan Thalib Duko, selaku juru pelihara Masjid Lamo ini tidak berani memastikan kapan Masjid Lamo ini dibangun. Ia hanya mengungkapkan, sejarah Masjid Lamo ini diawali dengan menghadapnya Rajo Elok bergelar Indra Bangsawan Syah dari Bone Gunung Ledang (tidak diketahui di mana Bone Gunung Ledang tersebut) dengan membawa sepucuk surat menuju Kerajaan Pagaruyung di daerah Minangkabau.

    Sulaiman menuturkan, surat jalan yang dibawa Raji Elok itu ditulis dengan huruf Arab. Itu menunjukkan bahwa Islam sudah berkembang di Sumatra, karena surat jalan ini dibuat sekitar tahun 1700 M. Sedangkan, agama Islam masuk ke Nusantara abad ke-13. Surat jalan itu cukup panjang. Pada zaman itu, surat ini digunakan untuk berkhotbah bagi para khatib atau ulama, guna penyebaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara.

    Menurut Anton, seorang arkeolog dari Universitas Indonesia (UI) yang sedang melakukan penelitian di daerah ini, mengemukakan pendapatnya bahwa Masjid Lamo ini dibangun sekitar akhir abad ke-15 M. Pendapat itu didasarkan pada bentuk Masjid Lamo yang menyerupai arsitektur masjid kuno yang ada di Jawa, bercorak Hindu dengan atap limasnya.

    Jadi perkirakan berdirinya Masjid Lamo antara akhir abad 15 dan akhir abad 17 M, lebih tua dari Masjid Keramat di Kabupaten Kerinci serta merupakan masjid tertua di Propinsi Jambi.

    Masjid Kuno Lempur Mudik sejak tahun 1931 sudah tidak difungsikan dan digantikan dengan masjid baru yang lebih besar dan luas.

    Arsitektur

    Masjid Lamo ini memang unik, memiliki kubah berbentuk stupa dari batu, mirip stupa candi tanpa bulan bintang seperti lazimnya kubah masjid masa kini. Stupa itu tingginya sekitar satu meter dan beratnya sekitar 80 kg. Namun, puncak stupanya pemah mengalami kerusakan akibat gempa bumi yang amat dahsyat yang terjadi selama tiga hari pada tahun 1942, kemudian puncak stupanya diganti dengan bulan bintang. Selain itu bentuk Masjid Lamo yang menyerupai arsitektur masjid kuno yang ada di Jawa, bercorak Hindu dengan atap limasnya.

    Diskripsi

    Bangunan masjid berdenah bujur sangkar dengan ukuran 12 m x 12 m. Fondasinya terbuat dari batu kali yang bentuknya mirip batubata, namun amat keras. Dahulu bangunan masjid berupa bangunan panggung, tetapi sekarang pada bagian kolongnya sudah ditutup dinding bata. Pada awalnya, bangunan ini keseluruhannya terbuat dari kayu-kayu pilihan nan kokoh dan beratapkan ijuk namun seiring perkembangan zaman masjid ini telah diubah dengan menggunakan lantai semen dan beratapkan seng.

    Atap

    Atap dari ruang utama (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id)

    Masjid Kuno Lempur Mudik memiliki atap bertingkat berupa tumpang dua dengan bagian atas berupa bulan sabit dan bintang. Masjid Lamo ini mulanya beratap ijuk dan lapen ‘kayu’. Namun, pada tahun 1939 diganti dengan atap seng seperti sekarang ini. Atap tersebut ditopang oleh 12 tiang kayu berbentuk segi delapan. Empat buah tiang saka guru berpahat motif tumpal, sulur-suluran, dan tali, sedang delapan buah tiang saka rawa.

    Ukiran dibawah atap (https://djangki.wordpress.com)

    Dinding

    Ukiran pada dinding (https://www.retcia.com)

    Ukiran yang ada pada dinding masjid tampak antik. Motifnya berelung-elung berbentuk motif flora, tali, medalion, dan baluster, tidak dipengaruhi motif ukiran lain. Sedangkan, warna ukirannya irteng menggunakan campuran bahan baku alami, yaitu kunyit dan kapur. Ukiran ini merupakan hasil seni pahat khas masyarakat Kerinci, dan yang sangat mengesankan yaitu ukiran terawangan sulur gelung yang ditempatkan pada keempat sudut dinding bangunan. Dinding masjid masih tampak kokoh, karena pakunya terbuat dari kayu yang berbentuk paku (sepaku).

    Ukiran di sudut dinding (https://djangki.wordpress.com)

    Ruang Utama

    Pada ruang utama masjid terdapat 16 tiang kayu utama (saka guru) yang kuat dengan diameter sekitar 75 cm serta 12 buah tiang bantu (saka rawa) dengan diameter sekitar 60 cm untuk menyangga atap. Secara keseluruhan, tiang ini berbentuk segi delapan dan berhias sulur-sulur. Dinding masjid terbuat dari bahan kayu. Pada dinding terdapat boluster yang berjajar, berfungsi sebagai ventilasi.

    Pintu masuk berada di sebelah timur dan dilengkapi dengan tangga dan pipi tangga di kedua sisinya. Di atas pintu diberi dua hiasan berupa dua wajah yang distilir bentuk suluran.

    Mihrab dan Mimbar

    Di ruang utama terdapat tiang berbentuk segi delapan. Di dalam masjid terdapat mihrab, mimbar, dan magsuro yang sudah fragmentaris. Pada mihrabnya tertulis huruf Arab berwama merah, namun tidak diketahui siapa yang menulisnya serta tahun berapa penulisan itu dilakukan. Bahkan, tidak diketahui apakah tulisan itu masih baru atau sudah lama.

    Tempat Muadzin

    Tempat muadzin mengumandangkan adzan di setiap masuknya waktu shalat berupa sebuah panggung kecil yang diletakkan menempel pada sebuah tiang utama.

    Bedug dan halaman

    Namun, di sana Anda juga akan temukan sebuah beduk tua berukuran kecil, yang usianya diperkirakan sama dengan usia Masjid Lamo ini. Halaman Masjid tampak asri dan tertata rapi. Namun amat disayangkan, masjid ini sepi dari siar dakwah Islam. Sebuah tantangan bagi kaum muslimin Kerinci.

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says