Masjid Keramat Koto Tuo Kerinci Jambi (https://kerinci.kemenag.go.id)
Masjid Keramat Koto Tuo Pulau Tengah terletak di Dusun Koto Tuo, Desa Pulau Tengah, Kecamatan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dengan luas lahan 2.650 m2 dan luas bangunan 729 m2.
Sejarah
Masjid Keramat Koto Tuo Kerinci Jambi (https://www.kaskus.co.id)
Pada abad ke-16 agama Islam masuk ke Kerinci yang dibawa oleh para pedagang. Pada periode berikutnya telah datang ke daerah Kerinci itu para mubaligh mengembangkan dan mengajarkan agama baru itu secara mendalam. Oleh orang-orang tua, mereka itu dikenal dengan gelar siak, seperti Siak Lngaih (Siak Lengis), Siak Jle (Siak Jelir), Siak Sati dan sebagainya. Bagaimanapun juga, agama Islam telah mendapatkan tanah yang subur untuk pertumbuhan dan perkembangan di negeri Pulau Tengah, sehingga negeri ini telah menjadi pusat kegiatan agama Islam di Kerinci.
Perkembangan pesat itu dimulai ketika seorang ulama putra Pulau Tengah, yang oleh orang-orang tua dikenal dengan nama Syekh pada tahun 1697 kembali dari menuntut ilmu di tanah Jawa (Mataram). Adapaun ulama-ulama yang terkenal di negeri Pulau Tengah itu setelah Syech, adalah Tengku Baruke, Haji Rateh dan Haji Raha. Ketiga ulama tersebut adalah putra syech sendiri, hidup abad 18. dari abad ke 19 adalah Haji Saleh, Haji Rauf dan Haji Ismail (abad 19 dan 20).
Bentuk Masjid pertama yang ada di Koto Tuo Pulau Tengah sederhana saja. Denahnya empat persegi dengan ukuran 12x12 depa, berlantai papan, tiangnya terbuat dari balok-balok kayu dengan dinding pelupuh, atapnya dari ijuk agak meruncing ke atas dengan kemuncuk dari batu berpahat, demikian masjid pertama itu pertama itulebih tepat kalau dinamakan surau.
Sejak kembali dari Mataram (Jawa) tahun 1679, Syech sang ulama Pulau Tengah itu sering menceritakan bentuk Masjid Demak yang dikaguminya, kepada teman-temannya, anak-anaknya, para santri, dan kepada para pemuka masyarakat.
Masjid Keramat Koto Tuo Kerinci Jambi (https://www.yukpegi.com)
Para pemuka masyarakat yang terdiri dari Depati Ninik Mamak, Orang Tua, Cerdik Pandai dan Alim Ulama, berkumpul mengadakan pertemuan yang bertempat di dalam masjid lama (surau). Rapat yang diadakan pada malam Jum’at minggu kedua bulan Syawaltahun masehi 1779 itu telah mengambil keputusan sebagai berikut:
a. Akan membangun masjid yang besar
b. Menunjuk Tengku Baruke untuk rencana atau gambar (maket) masjid baru yang akan dibangun. Untuk itu ia akan diutus ke Demak untuk menyaksikan atau melihat sendiri Masjid Demak yang termasyhur itu
c. Menunjuk panitia/pengurus pelaksana pembangunan dengan anggota-anggotanya : Kali Rajei, haji Raha, Haji Rateh, Sidi, Lebai Usai, dan Nenek Shalehah.
Pekerjaan menebang dan membawa kayu ke lokasi pembangunan dimulai pada hari Senin, minggu kedua bulan Rabiul Awal tahun 1780. Kayu-kayu yang dipilih adalah jenis pohon-pohon besar yang kayunya berkualitas baik, keras lagi tahan lama seperti medang penjahit, medang lutung, medang hijau, medang kuning, semulun dan lain sebagainya.
Begitulah dengan semangat gotong-royong, akhirnya pekerjaan pembangunan masjid yang agung itu dapat diselesaikan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, hingga upacara peresmian Masjid Keramat yang diadakan pada hari Jum’at tahum 1785 itu.
Masjid Keramat
Dinamai Masjid Keramat karena masjid ini dalam riwayatnya selalu terhindar dari bencana yang terjadi di desa itu, antara lain kebakaran hebat pada tahun 1903 dan 1939. Juga gempa bumi dahsyat yang terjadi pada tahun 1942, tidak berpengaruh apa-apa terhadap masjid itu. Oleh karenanya, dapat dipahami jika masyarakat di desa itu menamai masjid tua ini dengan nama Masjid Keramat.
Diskripsi
Masjid Keramat itu terdiri atas tiga bagian, yaitu Beranda, Bangunan Induk, dan Lapangan. Disamping itu di sudut tenggara masjid terdapat sebuah jembatan kayu, yang sesungguhnya merupakan bagian dari masjid juga.
Semua bagian Masjid keramat itu dibuat sedemikian rupa sehingga tidak satu pakupun yang digunakan pada persambungannya, baik paku kayu apalagi paku besi.
A. Beranda dan Menara
Beranda dan Menara (https://dananwahyu.wordpress.com)
Bangunan beranda dengan menaranya di sebelah timur, baru dibangun tahun 1933, bangunan tersebut telah mengalami 2 kali penggantian, dan yang ada sekarang ialah pengganti bangunan semen yang hancur akibat gempa besar tahun 1995. bangunan yang terakhir itu walaupun meniru aslinya, namun banyak pula perbedaannya dan tidak seindah bagunan tahun 1933. Dalam pada itu kalau dahulu tempat berwudlu adalah di sungai, saat ini masjid tersebut telah memiliki tempat berwudlu dan wc khusus. Bangunan beranda dihiasi dengan keramik berpola gambar bunga-bungaan dengan aneka warna. Fungsi bagian yang tinggi pada beranda tersebut bermacam-macam. Salah satu yang sangat penting adalah sebagai tempat bercengkerama atau saling bertukar pikiran/informasi bagi para pemuka masyarakat dan penduduk.
Beranda (https://www.kaskus.co.id)
B. Bangunan Induk
Bentuk asli Masjid Keramat itu semula terdiri dari bangunan induk saja, dengan denah bujur sangkar. Masjid ini memiliki sebuah tiang utama (sokoguru) yang menopang atap tumpang ketiga, 4 buah tiang di tengah ruangan dan 20 buah tiang pinggir, yang semuanya berfungsi menopang atap masjid.
1. Lantai
Denah Masjid Keramat juga empat persegi dengan ukuran 28 x 28 meter. Lantai asli terbuat dari papan tebal, dimana di bawahnya terdapat ruangan kosong yang dalamnya kira-kira satu meter untuk bersembunyi di kala ada bahaya yang datang. Penimbunan ruangan yang kosong di bawah lantai itu dilakukan sewaktu lantai diganti dengan semen pada tahun 1929 yang dilakukan oleh penduduk dengan gotong-royong pula. Lantai semen tersebut polos saja tanpa ada hiasan atau penggunaan keramik.
2. Tiang
Salah satu tiang (https://www.kaskus.co.id)
Jumlah tiang masjid keseluruhan berjumlah 25 buah terdiri 20 buah tiang pinggir dan 5 buah tiang yang ada dalam ruangan termasuk tiang tengah (sokoguru), itu sengaja dibuat demikian, untuk menggambarkan Rasul Allah yang 25 orang, sedangkan 5 buah tiang dalam ruangan menggambarkan Rukun Islam yang lima. Dalam pada itu, tiang tengah (sokoguru) yang besar dan tinggi di tengah-tengah ruangan merupakan perlambang dari nabi Besar Muhammad SAW. Sementara itu empat buah tiang lainnya di tengah ruangan merupakan lambang dari empat orang sahabat Nabi yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali.
Tiang Tengah atau sokoguru berfungsi sebagai penunjang bangunan keseluruhan disamping. Berfungsi pula untuk menopang atap tumpang ketiga (di atas sekali). Empat buah tiang di tengah ruangan menopang atap tumpang kedua dan 20 buah tiang pinggir berfungsi menopang atap tumpang pertama (di bawah sekali).
Sokoguru atau Tiang di tengah (https://www.kaskus.co.id)
Karena kayu bagian bawah tiang tengah (sokoguru) masjid telah mengalami kerusakan (lapuk), maka tiang tersebut telah dibalut dengan semen pada tahun 1929.
Tiang-tiang tingginya kira-kira 2,13 m, dengan keliling 2,12 m yang berarti sisinya yang delapan buah itu masing-masing berukuran kira-kira 26,5 cm. Dari 20 buah tiang piggir itu, 4 buah di antaranya sudah tidak asli lagi, sebab yang aslinya sudah lapuk dan ditukar oleh penduduk, 2 buah di antaranya ditukar pada tahun 1948 dan 2 buah lagi tahun 1953. Setiap penukaran tiang yang merupakan pekerjaan berat selalu dilakukan dengan gotong-royong yang diikuti dengan upacara tradisional.
Tiang pengganti tersebut diukir sesuai dengan aslinya, yang dikerjakan oleh ahli ukir pahat kayu ketika itu yakni Moh. Gunah, Haji Laris dan Haji Bakri.
3. Dinding
Adapun dinding masjid dibuat dari papan yang lebar dan cukup tebal. Di atas dinding yang ada di sekeliling masjid terdapat jeruji yang berfungsi sebagai ventilasi pengganti jendela, yang berarti masjid tersebut tanpa jendela. Jeruji-jeruji tersebut dibuat dan disusun sedemikian rupa sehingga dari jauh kelihatan seolah-olah seperti kaum muslimin yang berjejer bahu-membahu atau berbaris (bersaf) sedang khusuk mengerjakan amal ibadah. Susunan jeruji itu juga merupakan perlambang gotong-royong masyarakat Pulau Tengah dalam mengerjakan sesuatu termasuk masjid itu sendiri.
Kalau dahulu aslinya papan-papan dinding masjid itu berada tersusun di atas balok kayu. Pada tahun 1929 bersamaan dengan pergantian lantai, balok kayu tersebut ditukar dengan semen. Fondasi dasar dinding dari semen itu tingginya 43 cm dari lantai, yang bagian luarnya dihiasi dengan keramik putih bermotif bunga-bungaan, sedangkan bagian dalam dengan keramik putih tanpa matif (polos).
Sementara itu dinding dan jeruji pada bagian timur sekarang tidak ada lagi, yang nampak adalah dinding dari semen yang dibuat oleh penduduk pada tahun 1967 sebagai pengganti yang lama.
4. Pintu
Salah satu pintu (https://www.kaskus.co.id)
Dibagian timur masjid terdapat dua buah pintu. Masing-masing pintu mempunyai dua buah daun pintu yang dibuat dari papan tebal dan diukir. Konsen kedua pintu itu diukir dengan indah dan pemasangan pintu tersebut tidak mempergunakan engsel besi seperti pintu-pintu bangunan dewasa ini, tetapi dengan engsel sederhana saja dari kayu buatan anak negeri. Namun pada tahun 1929 bersamaan dengan penggantian lantai, sekarang dibuat mencontoh konstruksi Timur Tengah yakni melengkung bagian atasnya (kubah). Tinggi bagian tengahnya 143 cm dari dasar berpijak, dengan lebarnya 190 cm.
5. Mihrab dan Mimbar
Mihrab dan Mimbar (https://sepanjangjalankehidupan.blogspot.co.id)
Mihrab buatan tahun 1929 yang ada pada saat ini terdiri dari ruangan (seperti masjidnya, berlantai semen) berukuran kira-kira 2,5 x 2,0 m, yang dibatasi dengan semacam pagar (dinding di bagian kiri, kanan dan depan) dengan tinggi kira-kira 75 cm. Dinding/pagar semen pembatas mihrab itu dihiasi dengan aneka keramik putih bermotif bunga-bungaan.
Mihrab dan Mimbar (https://priedn.blogspot.co.id)
Masih di dalam ruangan depan sebelah kanan mikhrab terdapat mimbar tempat khatib membaca khotbah. Mimbar tersebut berukuran 150 x 2,40 cm juga berukir indah dengan 6 buah tiang yang melambangkan Rukun Iman yang enam. Dari depan terlihat mimbar itu memiliki semacam tangga 4 buah untuk sampai kepada bagian tempat duduk di atasnya, yang tingginya kira-kira 1,20 m dari lantai. Disebelah kiri mimbar yang disebutkan di atas terdapat mihrab tempat imam memimpin sembahyang, yang dalam konstruksi masjid (seperti masjid-masjid lainnya) menjorok ke depan (barat). Sebelum mihrab tersebut, ada semacam gerbang yang indah pula dari kayu yang penuh dengan ukiran dengan cat warna-warni.
6. Atap
Atap dan ornamen (https://www.kaskus.co.id)
Atap masjid berbentuk tumpang tiga masih bertahan hingga saat ini, dengan puncak berupa mustaka berbentuk bawang. Pada atap tumbang pertama, panjangnya sekitar 3 m. Semua ujung kasau yang terdapat pada atap bagian pertama (bawah) itu, yang menjulur keluar ruangan diukir dengan ukiran tembus yang indah, ukiran patah tumbuh hilang berganti, yang oleh penduduk disebut ukiran gading (karena nampaknya agak seperti gading).
7. Tempat Muadzin
Ada dua hal yang menarik perhatian bila kita melihat ke bagian atas ruangan masjid tersebut. Yang pertama adalah bangunan tempat adzan yang dibuat melekat melingkar pada sokoguru (tiang tengah) pada ketinggian 6 m dari lantai. Bangunan ini terlihat seperti pagar melingkar penuh dengan ukiran berbagai pola. Ukuran kelilingnya sekitar 440 cm masing-masing sisinya yang delapan itu berukuran 55 cm dan tingginya 75 cm.
Di sekeliling bangunan tempat adzan tersebut ada 14 buah tempat meletakkan lampu (yang digunakan dahulu adalah lampu minyak tanah kecil buatan China). Tempat meletakkan lampu itu spesial dibuat seperti tangan-tangan dari kayu yang berukir dan menjulur keluar. Tempat lampu yang demikian terdapat pula pada 4 buah tiang yang lainnya, di tengah ruangan, dan 20 buah tiang pinggir, sehingga semuanya berjumlah 38 buah. Sayangnya sekarang lampu-lampu antik yang masa lalu memperindah suasana masjid pada malam hari itu, tidak ditemui lagi.
C. Lapangan dan Tabuh Besar (Tabuh Larangan)
Masjid Keramat itu mempunyai sebuah lapangan yang cukup luas di bagian barat. Lapangan itu dahulu berfungsi sebagai tempat mengadakan keramaian-keramaian pada hari-hari tertentu, terutama yang berhubungan dengan acara hari besar Islam. Di lapangan itulah masa lalu rakyat biasanya berkumpul menyaksikan pertunjukan pencak silat, tale atau kasidah dan hiburan lainnya dalam rangka menyambut peristiwa penting atau ke-datangan hari besar Islam.
Tabuh Larangan (https://djangki.wordpress.com)
Di lapangan tersebut terdapat sebuah bagunan kecil yang tidak berdinding, hanya beratap di mana terletak tabuh besar. Tabuh itu panjangnya kira-kira 5,5 meter dengan garis tengah 90 cm ujung dan 77 cm pangkalnya. Tabuh itu adalah buatan tahun 1940 tabuh tersebut terletak pada bangunan kecil juga dengan tiang dari pohon kelapa beratap kayu (atap lapis). Pemindahan tabuh itu ke lokasi sekarang dilakukan pada tahun 1997, ketika pembangunan pagar luar. Kalau sekarang Masjid Keramat itu memiliki 2 pagar (dalam dan luar), aslinya dahulu tanpa pagar. Pagar pertama yaitu pagar bagian dalam dibuat pada tahun 1940 setelah peristiwa kebakaran desa Koto Tuo (1939). Tabuh besar yang asli besar dan lebih bagus dari yang ada sekarang.
No comments: