PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: April 02, 2014 / comment : 0

    KI Enjum pimpinan Lingkung Seni Reak Bah N’zoem di Kampung Jati RT 04 RW 06, Desa Pasir Biru, Kec. Cibiru, Kota Bandung, berupaya melepaskan diri dari cengraman mulut berokan hingga aksinya mengundang rasa takut anak-anak dan kaum wanita.*

    BANDUNG, (PRLM).- Kesenian tradisional akan bertahan dilingkunganya ditengah gerusan arus modernisasi karena mendapat dukungan dari masyarakatnya. Kesenian tradisional reak di Desa Pasir Biru, Kecamatan Cibiru Kota Bandung salah satunya yang hingga kini masih banyak ditemukan dan bertahan ditengah gempuran kesenian pop atau kesenian modern.

    Hal yang sangat menarik dari kesenian tradisional reak di Desa Pasir Biru, Kecamatan Cibiru Kota Bandung, adalah dari kemasannya.

    “Alat-alat inti yang dipergunakan masih merupakan kesenian tradisional seperti dog-dog dan tarompet pencak, tapi banyak yang mulai memasukan unsur gitar, drum set dan organ (keybord) untuk mengimbangi permintaan lagu-lagu yang mulai memainkan lagu dangdut,” terang Abah Enjum, pimpinan Lingkung Seni Reak Bah N’zoem di Kampung Jati RT 04 RW 06, Desa Pasir Biru, Kec. Cibiru, Kota Bandung, Senin (19/8).

    Selain lagu yang dimainkan mulai mengikuti keinginan dari warga yang nanggap, kreasi dan kemasan tarian ataupun atraksi berokan ataupun kukudaan dibuat sedramatis mungkin. Seperti yang dilakukan Ki Enjum masuk dalam mulut berokan ataupun berkelahi dengan penari kukudaan yang tengah mengalami trace (kerasukan).

    Tidak kalah menariknya adalah kemampuan juru tembang yang mampu menyanyikan lagu-lagu yang diminta ataupun lagu untuk mengiringi penari. “Untuk bertahan dan mempertahankan kesenian warisan kakek dan orang tua, saya akan melakukan apapun dan selama masih mampu akan terus dijalani,” ujar Ki Enjum.

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says