PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: May 26, 2016 / comment : 0

    Putri Hijau (https://limamarga.blogspot.co.id)

    Sekitar abad 15 dan 16 masehi, berdiri kerajaan di daerah Medan Deli dengan istana yang diberi nama istana Maimun. Sultan Muhayat Syah adalah raja dari kerajaan melayu itu.

    Beliau memiliki 3 orang anak, anak pertama bernama Mambang Jazid, anak kedua bernama Mambang Khayali dan anak ketiganya bernama Putri Hijau.

    Ketiga anak ini memiliki kekuatan yang hebat, Mambang Jazid mampu merubah dirinya menjadi Naga, Mambang Khayali mampu merubah dirinya menjadi meriam dan Putri Hijau mampu mengeluarkan cahaya hijau nan indah saat malam bulan purnama. Namun ada kelebihan lain yang di miliki Putri Hijau yaitu wajahnya yang amat cantik jelita serta sifatnya yang ramah dan bersahaja terhadap rakyat sehingga banyak rakyat yang menyukainya sebagai pemimpin yang bijaksana.

    Saat itu malam bulan purnama, seperti biasa Putri Hijau berjalan-jalan di sekitar taman istana, dari tubuhnya memancarkan cahaya hijau yang indah, bahkan cahaya itu sampai terlihat oleh sultan kerajaan Aceh yang bersebelahan dengan kerajaan Deli saat itu.

    Istana Maimun, Medan, Sumatera Utara

    Sultan Aceh yang terpesona karena melihat pancaran cahaya hijau yang indah dari kerajaan tetangganya itu, mengutus beberapa pengawal nya untuk mencari tahu asal dari cahaya itu. Tak perlu waktu lama, para pengawal itu mendapat informasi bahwa cahaya hijau itu terpancar dari tubuh seorang Putri Raja Deli yang cantik jelita.

    Mendengar informasi dari sang pengawal, membuat Sultan Aceh berkeinginan untuk mempersunting Putri Hijau. Beragam perhiasan dan beberapa pengawal di utusnya untuk meminang putri hijau. Namun pinangan dari sultan Aceh ditolak mentah-mentah oleh Putri Hijau.

    Sultan Aceh yang mendengar penolakan pinangannya itu menjadi murka dan menganggap kerajaan Deli telah menebar benih peperangan terhadap kerajaannya. Ratusan prajurit diutus sultan Aceh untuk menghancurkan kerajaan Deli. Namun pasukan yang di kirimnya kalah telak oleh pasukan dan benteng pertahanan kerajaan Deli yang terkenal kuat. Lalu Sultan Aceh membuat sebuah siasat licik, yaitu menembakkan meriam dengan peluru koin emas.

    Dan siasat nya itu berhasil. Para prajurit sibuk mengutip koin-koin emas yang berserakkan, di saat seperti itulah pasukan kerajaan Aceh menyerang kerajaan Deli. Hasilnya kerajaan Deli kalah, namun Mambang Khayali tak terima dengan kekalahan itu lalu merubah diri nya menjadi meriam dan menembakkan peluru dengan gencar kearah musuh.

    Meriam bagian pangkal di Istana Maimun Medan

    Karena terlalu lama menembakkan peluru, meriam jelmaan Mambang Khayali menjadi sangat panas dan akhirnya putus terbelah Dua. Ujung mariam terlempar jauh hingga ke perbatasan Aceh sedangkan pangkalnya masih bisa kita temui di Istana Maimun Medan.

    Melihat keadaan yang tidak menguntungkan ini, akhirnya kerajaan Deli mengaku kalah, dan Putri Hijau di bawa oleh pasukan sultan Aceh. Mambang Jazid memberi persyaratan kepada sultan Aceh untuk tidak menyentuh Putri hijau sampai tiba di kerajaan Aceh dan memasukkan putri hijau kedalam peti kaca yang telah disiapkan Mambang Jazid, dan putri hijau disuruh abangnya untuk membakar menyan dan menaburkan beras dan telur ke sungai lalu menyebutkan nama abangnya Mambang Jazid sebanyak 3 kali. Persyaratan itu pun di terima oleh sultan Aceh karena menurut nya itu hal yang mudah.

    Saat tiba di daerah Jambu Air, putri hijau keluar dari peti kaca, lalu mengerjakan amanat yang di berikan abangnya kepadanya, yaitu menabur beras dan telur di sungai Deli kemudian membakar menyan dan menyebut nama Mambang Jazid 3 kali. ''Mambang Jazid, Mambang Jazid, Mambang Jazid, datanglah abangku, selamatkanlah adikmu ini dari genggaman sultan Aceh''.

    Tiba-tiba air sungai Deli yang tadinya tenang berubah bergemuruh, langit menjadi gelap seolah mau turun badai, dan petir menyambar saling bersahutan. Saat seperti itu, Putri Hijau kembali masuk ke dalam peti kaca. Tak lama muncul seekor naga dari sungai Deli yang tak lain adalah jelmaan Mambang Jazid. Naga itu mengamuk dan menghancurkan kapal rombongan sultan Aceh .

    Peti kaca yang berisi Putri Hijau terlempar ke sungai deli dan terapung-apung. Lalu naga jelmaan Mambang Jazid memasukan peti kaca berisi Putri Hijau ke dalam mulut nya dan membawa pergi ke laut .

    Sampai sekarang tidak ada yang tahu, apa kah putri hijau masih hidup sebagai manusia.

    Lagenda ini sampai sekarang masih dikenal dikalangan orang-orang Deli, Karo dan malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia. Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan benteng dari Putri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedangkan sisa meriam, penjelmaan abang Putri Hijau, dapat dilihat di halaman Istana Maimoon, Medan hingga saat ini.

    Pesan Moral

    Janganlah kita memaksakan kehendak kepada orang lain. Sesuatu yang baik menurut kita belum tentu baik juga bagi orang lain. Hargailah pendapat dan keinginan orang lain.

    Sumber: Tempeopotahu

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says