Para pecinta fesyen Indonesia tentu saja menantikan aksi kelima desainer kenamaan asal Indonesia ini. Ya, Bazaar Fashion Festival 2014 mempertemukan kelima desainer untuk mempresentasikan hasil karya mereka dengan tema utama yaitu Peranakan Fashion Show.
Diselenggarakan di Jakarta Convention Centre, Jumat (24/10/2014), setiap desainer memiliki cara tersendiri untuk menghadirkan karya seni yang mereka tampilkan. Beberapa unsur etnik dari negara-negara seperti Eropa pun mampu mereka kombinasikan dengan tema Peranakan sehingga menghasilkan sebuah karya yang fantastis. Seperti apa aksi dan presentasi kelima desainer kondang ini? Berikut ulasan yang diberitakan pada hari Minggu (26/10/2014):
Ghea Panggabean
Fashion Show Peranakan pertama dibuka oleh desainer papan atas Ghea Panggabean. Alunan khas Tiongkok membawa para penonton terhanyut dalam setiap busana yang dihadirkan. Beberapa busana didominasi dengan permainan warna merah, dimana warna tersebut menjadi ciri khas dari negara Tiongkok.
Potongan-potongan khas dengan motif dan budaya peranakan Tiongkok sangat kental terasa. Sentuhan motif, bordir dan manik-manik yang diaplikasikan dalam gaya modern mampu menciptakan energi tersendiri dalam presentasi Ghea.
Adrianto Halim
Sisi lain ditunjukkan dalam presentasi busana dari desainer Adrianto Halim. Berbeda dari biasanya, Adrianto yang kali ini mengangkat tema Oriental Atmosphere mampu meleburkan dua budaya menjadi satu kesatuan yang memiliki cita rasa tinggi. Dua budaya yang mampu ia kombinasikan itu adalah barat dan oriental.
Beberapa busana karya Adrianto cenderung terlihat simple, praktis namun tetap elegan. Dimana, ketiga kriteria dalam busana ini sangat cocok untuk Anda yang memiliki rutinitas padat setiap harinya. Beberapa busana yang didominasi oleh warna putih ini diberikan sentuhan oriental yang dimodifikasi. Hal ini dapat terlihat dari kancing baju ataupun potongan-potongan dan model pakaian. Permainan motif floral pun seakan mempermanis busana yang ia hadirkan.
Yongki Budisutisna
Sisi lain juga ditunjukkan oleh desainer Yongki Budisutisna, bertema Rememberance, Yongki mampu memadukan keindahan budaya oriental, Eropa dan Melayu menjadi satu kesatuan yang apik dan memiliki cita rasa tinggi. Permainan batik tulis khas Cirebon yang identik dengan warna-warna cerah sengaja ditonjolkan olehnya dalam busananya sehingga memberikan kesan ceria bagi para penggunanya.
Sementara sisi modern nampak pada kombinasi sempurna antara motif batik oriental yang dipadu dengan motif stripes berwarna merah dan biru. Sangat cocok bagi Anda yang ingin tampil modern namun tetap mengangkat sisi tradisional dalam busana Anda.
Beberapa potongan dan siluet A dan H mendominasi karya Yongki. Hal ini nampaknya dilakukan untuk memperkuat nuansa retro namun tetap terlihat modern.
Widhi Budimulia
Sisi glamor dan elegan sangat nampak pada karya yang dipresentasikan oleh Widhi Budimulia. Bertemakan Bridging Culture, siluet-siluet yang menggambarkan arsitektur pagoda dan kuil membuat karyanya nampak beda dari yang lainnya. Walaupun begitu, namun sisi feminim seorang wanita namun tetap terlihat dari busana-busana dress, blouse dan pants yang dihadirkannya.
Untuk busana-busana yang dihadirkan, Widhi menggunakan bahan-bahan yang nyaman untuk digunakan oleh para pecinta setianya. Di antaranya seperti organdi, jaguard dan lace. Sementara untuk menyempurnakan sisi glamor dan apik dari busana yang dihadirkannya, Widhi juga memberikan detil beads dan bulu.
Stephanus Hamy
Kali ini, Stephanus Hamy mempersembahkan Peranakan Cirebon Batik, sebuah koleksi yang mencerminkan budaya peranakan yang berhasil ia padupadankan dengan budaya khas Indonesia.
Permainan bahan lace berwarna putih dalam busana yang ia hadirkan dan siluet rok ploi serta rok pias membuat presentasinya semakin terlihat sempurna. Stephanus juga menyelaraskan plain tops dengan gore skirts motif batik dengan warna-warna khas dari Pelangi sehingga tak heran jika busana yang ia hadirkan mampu menyejukkan para penonton yang hadir.
Sumber: Liputan6
No comments: