Makassar adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan dan berada di tengah kepulauan Indonesia dengan penerbangan tersibuk di bagian timur. Bandar Udara Sultan Hassanudin saat ini adalah salah satu bandara termodern di Indonesia yang menghubungkan para pelancong dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan, serta sekitar Sulawesi sendiri. Sementara itu ke arah jauh di timur Indonesia menjadi lanjutan penerbangan dari dan ke Maluku dan Papua.
Terletak di jalur perdagangan yang sibuk di sepanjang Selat Makassar, Kota Makassar merupakan kota kosmopolitan yang sibuk, tempat bercampurnya beraneka ras dan etnik seperti Melayu, China, Eropa, Jawa, Bali, Ambon, Melanisia, dan yang lainya. Makassar juga kini menjadi kota pelajar atau kota pendidikan yang didatangi dari berbagai pulau di bagian timur Indonesia untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang tersedia.
Gedung Kesenian Sulawesi Selatan (Societet de Harmonie)
Jalan Riburane No. 15, Makassar
Gedung Kesenian Sulawesi Selatan (https://www.yukpegi.com)
Societeit de Harmonie atau yang sering disebut dengan Gedung Kesenian Sulawesi Selatan adalah wadah seniman Makassar dan sekitarnya untuk berekspresi.
Bangunan gedung Societeit de Harmoni yang berciri Eropa abad XIX dengan gaya Reneisance ini bisa juga dianggap sebagai gedung serba guna di zamannya, gedung ini tidak hanya untuk acara kesenian, tetapi juga menjadi tempat pertemuan Gubernur, Walikota, dan pejabat tinggi militer Belanda. Bahkan tidak jarang Gubernur Jenderal Belanda mengundang orang-orang China kaya untuk menghadiri pesta yang diadakan di gedung ini.
Sejarah mencatat gedung kesenian ini dibangun pada tahun 1896 berdampingan dengan kantor gubernur yang saat itu berstatus sebagai Gubernur Celebes (sekarang gedung Balaikota Makassar) dan di sebelah selatannya terdapat Fort Rotterdam serta pemukiman orang-orang Belanda yang disebut Vladingen.
Societeit de Harmonie dibangun ketika pemerintah kolonial Belanda menjadikan kota Makassar sebagai kota pemerintahan dan kota niaga. Di gedung inilah orang-orang Belanda,orang-orang China kaya, dan segelintir kalangan bangsawan pribumi dihibur dengan tonil, drama, dan sandiwara yang merupakan karya para dramawan Eropa terkenal tapi dimainkan secara amatir oleh pemain-pemain drama lokal.
“Hawaian” merupakan salah satu kelompok music yang cukup terkenal saat itu. Kelompok Hawaian yang anggotanya adalah orang-orang Ambon eks KNIL ini tampil secara berkala di gedung itu. Barulah pada pertengahan tahun 1900-an, pihak pengelola gedung mendatangkan rombongan pemain sandiwara dari Belanda dan beberapa Negara Eropa. Group-group tonil dan pemain drama ini biasanya mampir di Makassar, setelah berpentas di Schouwburg Weltevreden di Batavia yang sekarang menjadi Gedung Kesenian Jakarta.
Benteng Ujung Pandang (Benteng Ford Rotterdam)
Komplek Benteng Ujung Pandang
Jl. Ujung Pandang No. 1, Makassar
Telp.: +62 411 321305
Benteng Ujung Pandang (https://fotomakassar.blogspot.com)
Benteng Ujung Pandang selain sebagai tempat wisata sejarah, juga ruang bagi seniman Makassar menunjukan eksistensinya. Pentas Seni Budaya yang pernah diadakan antara lain, Sandiwara Petta Puang, Sanggar Alam Makassar, kelompok Grisbon dan kelompok seni tari tradisional.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
Gedung Auditorium RRI
Jl. Riburane no. 3, Makassar
Gedung Mulo
Auditorium and Building
Jl. DR. Sam Ratulangi (Jl. Sungai Saddang), Makassar
Tempat Konser Musik dari luar Makassar maupun Band dari luar negeri
1. Celebes Convention Center
Jl. Metro Tanjung Bunga, Makassar
Telp.: +62 411 5072111
2. D’liquid Cafe, Hotel Grand Clarion
Jl. AP.Pettarani No.3, Makassar
Telp.: +62 411 833 888
Fax.: +62 411 833 777
3. Lapangan Basket Karebosi
Jl. Jenderal Ahmad Yani, Makassar
Tempat Komunitas Teater
(https://www.kelola.or.id)
1. Sanggar Merah Putih
Jl. Ribura'ne No. 15 Makassar
Telp.: +62 411 508 5375, +62 812 420 4126
Emal: jmldilaga@gmail.com
(https://www.kelola.or.id)
2. Teater Kala
Komplek Hartaco Indah Blok II A No 72, Makassar
Telp.: +62 812 422 4969
Email: blueshint@yahoo.com, shinta.febriany@gmail.com
(https://www.kelola.or.id)
3. Teater Kita
Jl. Daeng Tata I, Hartaco Indah Blok IV/AD/10, Makassar
Email: teaterkita@hotmail.com
No comments: