PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: May 14, 2012 / comment : 0

    Tidak ada yang tahu berapa sebenarnya usia bumi ini. Manusia hanya bisa memperkirakan saja. Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi menjadi beberapa zaman. Sejarah bumi berdasarkan "ada" dan belum "adanya" kehidupan yang nyata dibedakan menjadi dua kurun yaitu :
    1. Kriptozoikum (kurun belum dijumpai kehidupan nyata)
    2. Fanerozoikum (kurun sudah ada kehidupan nyata)

    Kurun kriptozoikum dibedakan menjadi dua masa yaitu:
    1. Arkeon / arkeozoikum (4,5 – 2,5 milyar tahun lalu)
    Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.

    2. Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu)
    Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes).  Enkaryotes ini akan menjadi tumbuhan dan prokaryotes nantinya akan menjadi binatang.

    Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa pra-kambrium.

    Kurun fanerozoikum dibagi menjadi tiga masa yaitu :
    1. Palaezoikum 
    Masa palaeozoikum berlangsung sejak 540 juta – 245 juta tahun yang lalu. Masa ini merupakan masa perkembangan hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) dan vertebrata, khususnya ikan dan reptilia. Ganggang laut dan tumbuhan berspora juga berkembang pesat pada masa ini. Masa Paleozoikum dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu Paleozoikum Bawah yang meliputi Zaman Kambrium, Zaman Ordovisium, Zaman Silur; dan Paleozoikum Atas yang meliputi Zaman Devon, Zaman Karbon, dan Zaman Perm.

    2. Mesozoikum
    Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira 140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptil besar (dinosaurus) oleh karena itu jaman ini disebut juga zaman reptil. Masa Mesozoikum dibagi menjadi tiga zaman yaitu: Trias, Jura, dan Kapur.
     
    3. Kenozoikum 
    Kenozoikum disebut juga era Neozoikum yang diartikan masa baru dalam sejarah geologi bumi. Masa ini berlangsung sejak 65 juta tahun silam hingga sekarang. Masa ini terdiri dari zaman tersier dan kuarter. Pada jaman kuarter pembabakan waktunya masih dibagi lagi menjadi 2 yaitu zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial) dan zaman Holosen/alluvium. Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai sekarang.

    Dari zaman-zaman tersebut, manusia hanya bisa membayangkan bagaimana keadaan bumi di masa lalu itu. Bisakah manusia kembali ke masa lalu untuk mempelajari keadaan bumi di masa purba? Sebenarnya alam Indonesia seperti kapsul waktu. Jika ingin berpetualang ke masa lalu kita tidak perlu mesin waktu. Lewat alam Indonesia kita bisa menjelajahi waktu dari zaman permulaan bumi..

    Indonesia memiliki tempat-tempat dimana keadaan alamnya seperti berada di masa lain. Suatu hal yang ajaib karena seolah-olah alam di Indonesia ada yang luput dari evolusi alam. Berikut tempat-tempat tersebut:

    Gunung Anak Krakatau


    Gunung Anak Krakatau terletak di selat sunda antara pulau Jawa dan Sumatera. Gunung Anak Krakatau merupakan gunung yang terbentuk akibat letusan Gunung Krakatau yang pernah menggelapkan bumi selama 2 hari. Krakatau pernah meletus tanggal 27 Agustus 1883 dengan daya ledakan yang maha dahsyat. Pasca letusan 1883,  Krakatau lenyap.

    Setelah sekian lama terjadi letusan, pada tahun 1927,di bekas letusan Krakatau terjadi fenomena baru, yakni munculnya anak gunung Krakatau dari permukaan laut.
    Pada tanggal 29 Desember 1927, letusan di bawah laut di kedalaman 188 meter menandai kebangkitan kembali Krakatau setelah 44 tahun. Kemudian Anak Krakatau terus tumbuh menjadi gunung api yang sangat aktif dengan pertumbuhan rata-rata 5 inci per minggu. Pada Gunung Anak Krakatau ini kita bisa menyaksikan munculnya pulau baru.

    Melihat kembali terbentuknya daratan di gunung anak Krakatau seolah-olah kita berada di Zaman Arkeozoikum. Zaman Arkeozoikum merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi. Pada masa itu ada aktivitas inti bumi yang menimbulkan banyak terbentuk gunung berapi yang memancarkan material dari inti bumi membentuk tanah daratan, sehingga dasar tanah dan tanah daratan yang terbentuk selama proses aktivitas planet bumi (siklus tanah bumi) akan menimbulkan lempeng benua. Gunung berapi terbentuk dari batuan cair panas yang disebut magma yang berasal dari perut bumi.


    Laut Sangihe, Sulawesi Utara 



    Pada laut Sangihe Sulawesi Utara terdapat sebuah gunung api aktif setinggi 3.200 meter di kedalaman 1.900 meter di bawah Laut. Gunung api tersebut membentuk sebuah kawasan komunitas baru di areal geothermal. Di ketinggian 2.000 meter dari gunung berapi tersebut menempel cerobong-cerobong asap tinggi yang mengeluarkan panas dari gunung berapi. Di dalam suhu air yang sangat tinggi hingga mencapai 200 derajat celsius itu ternyata hidup berbagai biota laut. Uniknya di bawah laut ini juga hidup bakteri-bakteri yang diperkirakan sama dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu. Sifat-sifat molekul atau DNA bakteri tersebut sama dengan bakteri yang hidup 3,5 miliar tahun lalu.

    Sekitar 3,5 milliar tahun yang lalu, Bakteri-lah barangkali makhkluk hidup yang pertama kali muncul di bumi dan organisme primitif lainnya. Fossil tertua yang berhasil ditemukan adalah bakteri yang berusia 3,5 milliar tahun. Para ilmuwan memberikan gambaran bahwa kehidupan mahluk-mahluk ini terjadi dalam era Proterozoikum antara rentang waktu 3,5 milyar tahun - 6 juta tahun yang lalu. Proterozoikum artinya masa kehidupan awal.

    Danau Satonda, Nusa Tenggara Barat



    Pada tepi danau Satonda dapat ditemukan sebaran luas terumbu gampingan stromatolit. Danau Satonda yang terletak di sebelah utara seberang Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat menjadi satu-satunya tempat di bumi ini yang sempurna bagi stromatolit untuk berkembang. Perlu diketahui, Stromatolit (batuan berlapis yang dibentuk dari penggabungan sedimen mineral menjadi hamparan mikroba) adalah organisme pertama di bumi yang menghembuskan oksigen. Organisme ini dipercaya merupakan organisme yang mengubah atmosfir bumi sehingga kemudian menjadi nyaman untuk dihuni oleh mahluk hidup bersel banyak (multisel) setelahnya. Stromatolit muncul untuk pertama kalinya pada suatu waktu antara Archean tengah-Archean akhir (sekitar 3000 juta tahun lalu) dan menjelang awal Proterozoikum mereka berkembang dalam lingkungan yang luas. Material stromalit berlimpah pada kurun prekambrium, atau sekitar 3,4 miliar tahun lalu. Struktur stromatolit dalam perkembangannya tidak pernah ditemukan lagi kecuali di Danau Satonda ini.

    Kehadiran stromatolit di Satonda menjadi sangat menarik karena menunjukkan danau ini memiliki lingkungan yang menyerupai lautan purba, prakambrium. Secara kimiawi jelas air danau ini sangat mirip dengan air/lautan pada masa prakambrium. Di danau ini pada kedalam sekitar 10-15 meter, akan ditemukan sebuah batas pertemuan oksigen dan H2S atau biasa disebut "chemocline". Pada tempat inilah dapur utama pembentuk terumbu yang kemudian berlapis-lapis menjadi stromatolit. Umur stromatolit satonda banyak yang menyebut sekitar 2000 - 4000 tahun. Meski terbilang masih sangat muda, tetapi fakta bahwa keberadaan stromatolit alami di dunia saat ini hanya di danau satonda ini. Menurut dua ilmuwan Eropa, Stephan Kempe dan Josef Kazmierczak,  Satonda merupakan fenomena langka karena airnya yang asin dengan alkalinitas (tingkat kebasaan) sangat tinggi dibandingkan dengan air laut umumnya. Danau Satonda dianggap merupakan miniatur laut pada Kurun PraKambrium.


    Perairan Talise, Sulawesi Utara




    Keberadaan Ikan raja laut atau Coelacanth yang ditemukan di perairan Talise sebelah Utara menunjukkan bahwa perairan Talise cocok untuk Habitat ikan purba Coelacanth. Coelacanth adalah ikan besar dengan panjang bisa mencapai 2 meter dan berat 100 kilogram. Ikan ini bisa hidup hingga berumur 50 tahun. Sirip-siripnya besar dan tebal sehingga ikan ini diyakini ilmuwan sebagai nenek moyang hewan darat, seperti katak. Coelacanth dikategorikan sebagai ikan prasejarah dan fosil hidup karena diduga sudah ada semenjak era Devonian, sekitar 380 juta tahun yang lalu.  Ikan tersebut sempat diperkirakan sudah punah sejak akhir masa Cretaceous 65 juta tahun lalu tapi ternyata ikan ini masih bisa ditemukan di perairan Talise. Habitatnya adalah karang-karang di laut dalam sekitar 150-200 meter di bawah permukaan laut. Habitat ikan Coelacanth berada di kedalaman lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat Celsius. 

    Ikan Coelacanth merupakan hewan yang berhasil bertahan hidup dari era paleozoikum tepatnya 400 juta tahun Sebelum Masehi pada zaman devon. Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya.


    Pulau Lihukan, Sulawesi Selatan


    Di pulau Lihukan yang terletak diantara perairan laut Flores dan laut Sulawesi ini tumbuh tanaman purba Sikas Naga (Cycas Affinity Rumphii). Tanaman Sikas Naga tumbuh subur dan populasinya bisa dibilang stabil di pulau ini. Diperkirakan tanaman purba ini sudah ada sejak 230 juta tahun yang lalu, jauh sebelum dinosaurus hidup di muka bumi. Tumbuhan ini hidup di atas batu-batu karang yang tajam. Sikas naga tumbuh di atas permukaan karang. Seluruh kawasan di Pulau Lihukan tak ada yang bertanah. Sebatas mata memandang yang ada hanya bebatuan berongga dan berujung runcing. Pada rongga-rongga batu itu sikas tumbuh. Jadilah nampak seperti pot-pot alami bagi tumbuhan sikas. Di batu inilah tanaman ini hidup, nutrisi di perolehnya dari sisa-sisa sampah laut yang tersapu ombak serta mineral yang terkandung di dalam batu yang lepas saat di terpa ombak laut ataupun hujan.

    Tanaman Sikas merupakan tanaman purba yang sudah ada sejak belasan juta tahun silam, pada zaman Karbon. Pada zaman Karbon (360 – 290 juta tahun lalu), pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa pembentuk batubara. Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air. Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat jumlahnya.

    Pulau Komodo, NTT

     
    Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Nusa Tenggara Timur. Keadaan alam yang kering dan gersang menjadikan pulau ini suatu keunikan tersendiri. Adanya padang savana yang luas, sumber air yang terbatas dan suhu yang cukup panas; ternyata merupakan habitat yang disenangi oleh sejenis binatang purba Komodo (Varanus komodoensis).

    Binatang Komodo disebut-sebut merupakan peninggalan zaman Jurassic. Konon, saat itu bumi ini didominasi oleh kelompok reptil seperti dinasourus, alosaurus, stegosaurus dan apotosaurus. Berkunjung ke Pulau Komodo bagai memasuki zaman Jurassic. Pada zaman Jurasic, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan dan Pterosaurus merajai angkasa.

    Luweng Jomblang, Yogyakarta 


    Luweng Jomblang yang terletak di dusun Jetis, Semanu,Gunung Kidul, Yogyakarta merupakan salah satu gua batu gamping dari ratusan gua yang ada di gugusan kawasan karst Gunung Sewu. Luweng Jomblang atau Gua Jomblang merupakan gua vertikal dengan kedalaman sekitar 60 meter yang luasnya hampir seluas lapangan bola, mempunyai bentang hutan purba bawah tanah. Disebut hutan purba oleh penduduk setempat mungkin karena hutan ini terdapat pada cekungan doline yang tidak pernah terusik sejak terbentuk setelah jaman Pleistosen. Hutan purba tersebut terbentuk akibat proses geologi amblesnya tanah beserta vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi yang terjadi ribuan tahun lalu. Runtuhan ini membentuk sinkhole atau sumuran. Hutan ini bertahan karena sinar matahari masih mampu masuk. Hutan purba di Luweng Jomblang memiliki vegetasi yang berbeda dengan vegetasi di permukaan. Beberapa tumbuhan yang hidup di hutan ini tidak ditemui lagi di atas permukaan goa. Tumbuhan yang cukup terkenal di tempat ini antara lain Genipa Americana, tumbuhan pakis, Daun Airmata (jenis pakis), Merica-Mericaan, Cabe-Cabean (bahasa latin = Albus), dan tumbuhan lain yang belum diketahui namanya.


    Danau Kakaban, Kalimantan Timur



    Danau Kakaban terletak di tengah Pulau Kakaban, Kalimantan Timur. Danau Kakaban merupakan danau prasejarah yang diprediksi terbentuk sejak 2 juta tahun lalu saat zaman peralihan holosin. Karena merupakan sistem tertutup, keanekaan hayati di Danau Kakaban seperti di zaman purba, tak terpengaruh oleh zaman. Beragam biota laut yang menghuni Danau Kakaban mengalami evolusi selama terkurung di dalamnya sehingga memiliki sifat dan tampilan fisik yang berbeda dengan spesies sejenis yang berada di laut. Danau ini merupakan danau purba yang menjadi sarang bagi ribuan ubur-ubur tak bersengat.

    Itulah tempat-tempat dimana ketika kita melihatnya seperti berada di masa purba. Tempat-tempat tersebut harus dijaga dan dilestarikan. Masa lalu takkan bisa kembali tapi dengan adanya tempat-tempat tersebut kita bisa lebih memahami keadaan di masa lalu tersebut.

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says