PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio

    Posted by: guru ppkn cerdas Posted date: November 10, 2014 / comment : 0


    Masyarakat Jawa menyebutnya dengan kèncèng. Alat dapur yang serupa dengan baskom ini terbuat dari tembaga. Fungsi utama kèncèng adalah sebagai wadah untuk mengaru nasi atau ketan. Mengaru adalah satu tahapan menanak nasi atau ketan, di mana beras yang usai ditanak setengah matang, dimasukkan ke dalam kèncèng kemudian dicampur sisa air mendidih yang ada dalam dandang atau soblok. Setelah air panas meresap ke dalam beras dan mengembang, lalu jadilah nasi setengah matang yang siap kembali ditanak ulang hingga matang.

    Umumnya kèncèng tembaga ukurannya besar, dengan diameter antara 40-60 cm. Bentuknya tabung. Ketinggian lebih dari 20 cm. Bagian atas diameternya lebih besar sedikit dibandingkan bagian alas. Di tepi bagian atas ada bibirnya. Sementara alas kèncèng datar.

    Kèncèng, koleksi Museum Pergerakan Wanita (Kowani) Yogyakarta

    Kèncèng cocok sebagai peralatan menanak nasi dalam partai besar, seperti dalam hajatan, seperti pernikahan, merti dusun, sunatan, kenduri, dan lainnya. Namun, masyarakat Jawa saat ini sudah sangat jarang menggunakan kèncèng sebagai alat untuk menanak nasi. Terutama ibu-ibu di kota tidak lagi menggunakan kèncèng, tetapi langsung menggunakan soblok besar untuk menanak nasi hingga matang. Namun, di desa kadang-kadang masih dijumpai kèncèng untuk mengaru nasi.

    Karena sudah tidak banyak digunakan alat dapur ini sekarang cukup sulit didapat. Namun begitu, ternyata Museum Pergerakan Wanita (Kowani) Yogyakarta masih memiliki kenceng sebagai salah satu koleksi yang dipamerkan. Museum Tembi sendiri kebetulan tidak memiliki alat dapur ini. Alat dapur kèncèng yang menjadi milik koleksi Museum Kowani Yogyakarta, ternyata pada tahun 1958 pernah dipakai oleh ibu-ibu pergerakan saat mengikuti kursus kader wanita pembangunan desa.

    Tutup Kèncèng

    Saat ini kèncèng sudah tidak banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Hanya ada satu dua penjual alat ini, khususnya yang memang menjual alat-alat dapur terbuat dari tembaga. Keberadaan kèncèng saat ini sudah jarang karena sudah digantikan dengan alat dapur sejenis yang biasa disebut baskom. Alat dapur baskom terbuat dari jenis logam lainnya, seperti aluminium, stenlis maupun jenis plastik.

    Koleksi Museum Kowani Yogyakarta

    Koleksi Museum Kowani Yogyakarta

    Tidak ada pantangan dalam penggunaan jenis alat dapur kèncèng dalam kehidupan sehari-hari. Alat ini juga mudah perawatannya. Saat kotor dibersihkan dengan abu maupun sabut kelapa. Saat bersih ditengkurapkan dan diletakkan di rak kayu.

    Karena terbuat dari tembaga, maka alat dapur ini lebih awet. Jika mengalami bocor ringan, masih bisa dipatri atau ditambal. Namun jika bocor parah, umumnya tidak digunakan lagi, kecuali menjadi tempat barang lain atau bahkan hanya dibuang begitu saja.

    Sumber: Tembi

    Tagged with:

    Next
    Newer Post
    Previous
    Older Post

    No comments:

    Leave a Reply

Comments

The Visitors says