PESONA WISATA INDONESIA

welcome to our blog



in a way, articles can also be described as a type of adjectives as they also tell us something about the nouns, like adjectives.

Articles are found in many Indo-European, Semitic, and Polynesian languages but formally are absent from some large languages of the world, such as Indonesian, Japanese, Hindi and Russian.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio


  • Kampung Seni Yudha Asri terletak di jalan AMD Koramil Yudha KM2, Kampung Yudha, Desa Mander, Kecamatan Bandung-Cikande, Serang Timur, Provinsi Banten.

    Beragam kesenian dan budaya tradisional bisa ditemukan di tempat ini, mulai dari adat istidat daerah Banten, kerajinan tangan, rumah tradisional, makanan khas, saung/vila, taman, gedung kesenian atau serbaguna dan masih banyak kesenian tradisional lainnya bisa dilihat di Kampung Seni Yudha Banten. Belakangan tempat ini lebih dikenal dengan nama Kampung Seni Yudha Asri.

    Kesenian Rampak Bedug 

    Semenjak didirikan beberapa tahun lalu, Kampung Seni Yudha Asri memiliki tujuan yang positif yaitu ingin menanamkan dan melestarikan kecintaan masyarakat terhadap kesenian tradisional. Kini, tempat wisata seni budaya Banten ini sudah memiliki lebih dari 350 masyarakat yang belajar tentang seni budaya khas Banten. Seperti Rampak Bedug, Bendrong, Bedug Kerok, Kohkol, Beluk dan masih banyak lagi. Masyarakat yang ingin belajar kesenian di tempat ini bebas memilih sesuai dengan kesukaan masing-masing.

    Ini merupakan suatu kebanggaan bagi kita semua, Seni Tradisi dan Budaya Indonesia harus tetap hidup seiring dengan berkembangnya jaman, dari generasi ke generasi. Jika suatu bangsa tidak mengenal budaya bangsanya, maka bangsa itu tidak akan pernah ada sampai kapanpun, karena kebudayaan merupakan identitas, jati diri.

    Kesenian Bendrong Lesung (https://rajakamar.com)

    Beragam Kesenian

    Berbagai bentuk kesenian yang ada di Kampung Seni Yudha Asri yaitu:

    1. Kesenian Bendrong Lesung
    2. Kesenian Rampak Bedug
    3. Kesenian Bedug Kerok
    4. Kesenian Beluk
    5. Kesenian Dzikir Saman
    6. Kesenian Degung
    7. Kolaborasi Rampak Bedug dan Gamelan/Degung
    8. Kolaborasi Rampak Bedug dan Pencak Silat

    Informasi lebih lanjut hubungi
          
    Kampung Seni Yudha Asri
    Jl. AMD Koramil Yudha, KM.2 Kp. Yudha, Desa Mander, Kec. Bandung-Cikande, Serang Timur(Perbatasan Tangerang), Banten
     Telp.: +62 21 98333271
    Email / YM : Email: sanggar_seni_yudha@yahoo.co.id
    Contact Person :
    087871527369 - Irfan Murdani
    081906234740 - Rumania
    087882373641 - Nurmuhyi
    Website: https://www.kampung-seni-yudha-asri.blogspot.com
    Facebook : Kampung Seni Yudha Asri
  • (https://www.indonesia.travel)

    Padepokan Seni Angklung Udjo atau Saung Angklung Udjo berlokasi di Jalan Padasuka 118, Bandung, Jawa Barat, merupakan sanggar seni, laboratorium pendidikan, sekaligus sebagai obyek wisata budaya Sunda khas Jawa Barat. Saung Angklung Udjo dapat diibaratkan oase kebudayaan di tengah perkampungan padat, di atas tanah seluas 1,2 hektar. Telah 42 negara yang mengenalkan permainan angklung ini, bahkan di Korea Selatan angklung telah dikenalkan sejak masih Sekolah Dasar.

    (https://www.indonesia.travel)

    Di Saung Angklung Udjo, kesenian angklung dikemas dengan sangat menarik oleh Udjo Ngalagena (alm) yang akrab dengan panggilan Mang Udjo dan isterinya, Uum Sumiati. Mang Udjo dikenal sebagai pembuat angklung sejak tahun 1966. Udjo Ngalagena bersama istrinya belajar pada Daeng Soetigna, mendirikan padepokan seni Saung Angklung Udjo, Sundanese Art & Bamboo Craft Center pada awal tahun 1967. Saung Angklung Mang Udjo berusaha mewujudkan cita-cita dan harapan mendiang Mang Udjo yang atas kiprahnya mengenalkan musik Angklung hingga dijuluki sebagai Legenda Angklung.

    (https://www.indonesia.travel)

    Angklung merupakan instrumen musik tradisional yang terbuat dari bambu dan pengembangan dari instrumen Calung yaitu tabung bambu yang dipukul, sedangkan angklung merupakan tabung bambu yang digoyang, menghasilkan hanya satu nada untuk setiap instrumennya. Pada awalnya angklung hanya bernada pentatonis (da mi na ti la). Dibutuhkan puluhan orang untuk memainkan angklung agar terdengar harmonis. Kini dengan teknik tertentu bisa dimainkan oleh beberapa orang saja. Tahun 1938 Daeng Soetigna memodifikasi suara angklung menjadi diatonis (do re me fa so la ti). Sejak saat itu angklung mulai dikenal secara internasional hingga pernah ditampilkan dalam acara Konferensi Asia-Afrika, Bandung 1955. Angklung kini lebih sering ditampilkan dalam bentuk orchestra dan semakin banyak dibina di sekolah.

    Peta lokasi Saung Angklung Udjo

    Informasi lebih lanjut hubungi
           
    Saung Angklung Udjo 
    Jl. Padasuka 118, Bandung 40192
    Telp.: +62 22 727 1714, +62 22 710 1736
    Fax. +62 22 720 1587
    Email : info@angklung-udjo.co.id
    Website: https://www.angklung-udjo.co.id

    Sales & Marketing Pertunjukan

    Maulana (maulangklung@gmail.com)
    Ahadian Hadikusumah (ahadian.hadikusumah@gmail.com)
    Arista (arista.maharani@gmail.com)
    Megawati ( megawati.sau@gmail.com )

    Sales & Marketing Produk Angklung

    Cathy Mayangsari (mayangsari.cathy@yahoo.com)
    Elly Rusmiati (rusmiati.eli@gmail.com )

    Jakarta Representative Office

    Jl. Cikajang no. 45, Kebayoran Baru Jakarta Selatan
    Telp.: +62 21 9358 7267, 728 00317
    Email: saungangklungudjo.jakarta@gmail.com
  • Pintu Gerbang Kampung Seni dan Wisata Manglayang, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat (https://citizenmagz.com)

    Kampung Seni dan Wisata Manglayang terletak di Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Memiliki tempat wisata seni dan budaya di Jalan Cijambe-Cibolerang, Kampung Cibolerang No. 52, RT 1, RW 9. Kampung Seni dan Wisata Manglayang merupakan tempat untuk menikmati seni dan budaya Sunda dalam nuansa alam dan tradisi bersahaja. Kampung seni ini tepat berada di kaki Gunung Manglayang dengan luas 1,8 hektar. Di sini Anda dapat mencicipi makanan khas tradisional Sunda seperti bengkerok, keripik singkong, peuyeum, dan ranginang.

    Suasana Kampung Seni dan Wisata Manglayang, Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat (https://tamudesa.org)

    Pertunjukan Budaya Sunda

    Wayang Golek (https://www.yukpegi.com)

    Di malam Minggu, Anda dapat menikmati beragam pertunjukan budaya Sunda. Pekan pertama pertunjukan wayang golek, pekan kedua seni benjang, pekan ketiga ketuk tilu, dan pekan keempat menampilkan seni tradisional dan modern misalnya pop Sunda. Acara digelar dari pukul 8 malam hingga tengah malamnya. Kemeriahan terasa saat alat musik tradisional lodang dipukul bersamaan dengan kendang. Asyiknya main di Kampung Seni dan Wisata Manglayang ini bahwa alat musik lodang boleh ditabuh sepuasnya seakan melupakan irama tetapi jusru itu sangat mengasyikan.

    Permainan Tradisional

    Apabila Anda mengajak anak-anak maka ini juga kesempatan yang tepat untuk mengenalkan beragam permainan tradisional misalnya permainan egrang. Sebuah alat permainan tradisional berjalan sambil naik potongan bambu dengan pijakan kaki berketinggian sekitar setengah meter di atas tanah. Ada juga mainan gasing kayu atau bermain karet gelang. Permainan bedil-bedilan juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kertas basah sebagai peluru lalu dimasukkan ke potongan bambu kecil.

    Selain pertunjukan alat musik tradisional dan permainan tradisional, di Kampung Seni dan Wisata Manglayang Anda juga berkesempatan mengenal rumah adat panggung dengan dinding bambu dan beratap rumbia. Tentunya dengan suasana alam ditanami beragam pohon, seperti tangkil, lengkeng, bambu tali, asam, dan peuteuy. Nikmatilah melihat-lihat isi rumah sambil menelusuri jalan setapak berundak-undak tertata rapi.

    Beragam Saung

    Banyak saung-saung di kampung ini yang memiliki fungsi khusus seperti :

    1. Saung Kamonesan yang di dalamnya tersimpan benda-benda menarik, seperti topeng dan wayang golek
    2. Saung Wreti menyimpan perabot rumah tangga, seperti gentong, kentongan, dan caping
    3. Saung Leuit tempat penyimpanan padi
    4. Saung Lisung Anda dapat melihat lesung kayu yang biasa dipakai menumbuk padi menjadi beras
    5. Saung Binangkit, untuk menikmati pemandangan hamparan padi di sawah, semacam teras bagi rumah kebanyakan
    6. Ada juga bangunan khusus untuk memelihara burung dan domba lengkap dengan rak tempat rumput
    7. Saung Tamba Hanaang. Jika lelah setelah berkeliling maka selain beristirahat di saung, Anda juga dapat membeli beragam makanan dan minuman
    Di Kampung Seni dan Wisata Manglayang, nama saung dan pengumuman ditulis dalam bahasa Sunda. Jadwal pertunjukan rutin pun ditulis dalam bahasa Sunda. Saung-saungnya diselingi rindang pepohonan dan sejumlah kolam ikan. Ada juga tempat duduk dari tembok batu tanpa diplester sehingga terlihat artistik, lengkap dengan meja bundar dari bahan serupa.

    Jika Anda ingin berkunjung dan meminta penampilan pergelaran seni dan budaya Sunda maka dapat mengontak seminggu sebelumnya. Satu materi kunjungan seharga Rp. 2.000.000,00. Kampung Seni dan Wisata Manglayang melayani wisatawan yang ingin menyaksikan pergelaran seni dan budaya Sunda. Materi kunjungan bisa ditentukan langsung oleh wisatawan atau sudah dalam bentuk paket. Misalnya, materi kunjungan pelajar dan mahasiswa dengan penampilan seni dan budaya pangbage, tutunggulan, reak, musik kentongan, dan tari boboko.

    Peta Lokasi Kampung Seni dan Wisata Manglayang

    Informasi lebih lanjut hubungi

    Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
    JL. RE Martadinata, No. 209, Bandung
    Telp.: (62) 22 7273209
  • Rumah Adat Bubungan Tinggi (https://daha-generation1.blogspot.com)

    Kalimantan Selatan beribu kotanya adalah Banjarmasin. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km² dan berpenduduk ± hampir mencapai 3,7 juta jiwa. Penduduk asli Kalimantan Selatan adalah Suku Banjar yang merupakan mayoritas dari total penduduk. Suku pendatang yang signifikan jumlahnya di Kalimantan Selatan yaitu Suku Jawa, Suku Bugis dan Suku Madura. Rumah Adat suku Banjar di Kalimantan Selatan dikenal dengan rumah adat ba-anjung atau Rumah Adat Banjar.

    Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala terdapat bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut Dalam Sirap (bahasa Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahaun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah. Ciri khas pada arsitektur tradisional rumah banjar antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, keunikan pada bentuknya yang simetris, ornamental dan dekoratif pada rumah tersebut.

    Umumnya rumah tradisional Banjar dibangun dengan ber-anjung (ba-anjung) yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama karena itu disebut Rumah Baanjung. Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, sebetulnya banyak jenis dan tipe Rumah Banjar ada yang tidak ber-anjung, namu tipe rumah yang yang memiliki strata tertinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang diperuntukan untuk kediaman Sultan (kedaton) yang diberi nama Dalam Sirap.

    Ukuran status sosial pada seorang dapat dilihat dari ukuran dan kualitas seni ornamen pada bangunan rumah mereka. Perkampungan suku Banjar terdapat bermacam-macam jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah. Dalam perkampungan rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai atau jalan raya. Rumah banjar ada yang dibangun mengapung di atas air, didirikan di atas sungai dan ada juga rumah banjar yang didirikan di daratan, baik pada lahan basah (alluvial) maupun lahan kering. Sejarah periode Rumah Banjar dibagi menjadi dua, Rumah Banjar masa kesultanan banjar dan Rumah Banjar masa kolonial Belanda.

    Jenis-jenis Rumah Adat Banjar

    1. Rumah Bubungan Tinggi 
    2. Rumah Gajah Baliku 
    3. Rumah Gajah Manyusu 
    4. Rumah Balai Laki 
    5. Rumah Balai Bini 
    6. Rumah Palimbangan 
    7. Rumah Palimasan (Rumah Gajah)  
    8. Rumah Cacak Burung (Rumah Anjung Surung)
    9. Rumah Tadah Alas 
    10. Rumah Lanting 
    11. Rumah Joglo Gudang 
    12. Rumah Bangun Gudang
    Bagian dan Konstruksi Rumah Tradisonal Banjar

    Pondasi, Tiang dan Tongkat

    Komdisi alam yang sebagian besar merupakan rawa-rawa dengan sungai sebagai penghubung daerah satu dengan derah lainnya layaknya jalan raya, mengharuskan rumah banjar berbentuk rumah panggung. Pondasi, dan tiang penyangga dalam hal ini sangat berperan penting. Pondasi sebagai konstruksi paling dasar sebagai penopang, biasanya menggunakan kayu Kapur Naga atau kayu Galam. Tiang dan tongkat menggunakan kayu ulin, dan biasanya berjumlah mencapai 60 batang untuk tiang dan 120 batang untuk tongkat.

    Kerangka

    Kerangka rumah ini biasanya diukur secara tradisional dengan satuan depa atau sesuai ukuran 1 tapak kaki dewasa dan selalu dengan jumlah ukuran ganjil yang dipercayai mempunyai nilai magis atau sakral.

    Bagian-bagian dari rangka:

    • Susuk dibuat dari kayu Ulin
    • Gelagar dibuat dari kayu Ulin, Belangiran, Damar Putih
    • Lantai dari papan Ulin setebal 3 cm
    • Watun Barasuk dari balokan Ulin
    • Turus Tawing dari kayu Damar
    • Rangka pintu dan jendela dari papan dan balokan Ulin
    • Balabad dari balokan kayu Damar Putih
    • Titian Tikus dari balokan kayu Damar Putih
    • Bujuran Sampiran dan Gorden dari balokan Ulin atau Damar Putih
    • Tiang Orong Orong dan Sangga Ributnya serta Tulang Bubungan dari balokan kayu Ulin, kayu Lanan, dan Damar Putih
    • Kasau dari balokan Ulin atau Damar Putih 
    • Riling dari bilah-bilah kayu Damar putih
    Lantai

    Di samping lantai biasa, terdapat pula lantai yang disebut dengan Lantai Jarang atau Lantai Ranggang. Lantai Ranggang ini biasanya terdapat di Surambi Muka, Anjung Jurai dan Ruang Padu, yang merupakan tempat pembasuhan atau pambanyuan. Sedangkan yang di Anjung Jurai untuk tempat melahirkan dan memandikan jenazah. Biasanya bahan yang digunakan untuk lantai adalah papan ulin selebar 20 cm, dan untuk Lantai Ranggang dari papan Ulin selebar 10 cm.

    Dinding

    Dindingnya terdiri dari papan yang dipasang dengan posisi berdiri, sehingga di samping tiang juga diperlukan Turus Tawing dan Balabad untuk menempelkannya. Bahannya dari papan Ulin sebagai dinding muka. Pada bagian samping dan belakang serta dinding Tawing Halat menggunakan kayu Ulin atau Lanan. Pada bagian Anjung Kiwa, Anjung Kanan, Anjung Jurai dan Ruang Padu, kadang-kadang dindingnya menggunakan Palupuh.

    Atap

    Ornamen Atap (https://bubuhanbanjar.wordpress.com)

    Atap bangunan biasanya menjadi ciri yang paling menonjol dari suatu bangunan. Karena itu bangunan ini disebut Rumah Bubungan Tinggi. Bahan atapnya terbuat dari sirap dengan bahan kayu Ulin atau atap rumbia.

    Ornamentasi (Ukiran)

    Penampilan rumah tradisional Bubungan Tinggi juga ditunjang oleh bentuk-bentuk ornamen berupa ukiran. Penempatan ukiran tersebut biasanya terdapat pada bagian yang konstruktif seperti tiang, tataban, papilis, dan tangga. Motif yang digambarkan adalah motif floral (daun dan bunga). Motif-motif binatang seperti pada ujung pilis yang menggambarkan burung enggang gading dan naga juga distilir dengan motif floral. Disamping itu juga terdapat ukiran bentuk kaligrafi. Kaligrafi Arab merupakan ragam hias yang muncul belakangan yang memperkaya ragam hias suku Banjar.

    Namun ukiran-ukiran di rumah Banjar juga masih ada yang berhubungan dengan kepercayaan Kaharingan, Aninisme, Dinanisme, maupun Hindu-Buddha, misalnya swastika, enggang gading, naga dan sebagainya.

    Filosofi Rumah Adat Banjar

    Pemisahan jenis dan bentuk rumah Banjar sesuai dengan filsafat dan religi yang bersumber pada kepercayaan Kaharingan pada suku Dayak bahwa alam semesta yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu alam atas dan alam bawah.

    Rumah Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos dalam makrokosmos yang besar.Penghuni seakan-akan tinggal di bagian dunia tengah yang diapit oleh dunia atas dan dunia bawah. Di rumah mereka hidup dalam keluarga besar, sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah melambangkan Mahatala dan Jata (suami dan isteri).

    Dwitunggal Semesta

    Dwitunggal Semesta (https://isalliv8.blogspot.com)

    Pada peradaban agraris, rumah dianggap keramat karena dianggap sebagai tempat bersemayam secara ghaib oleh para dewata seperti pada rumah Balai suku Dayak Bukit yang berfungsi sebagai rumah ritual. Pada masa Kerajaan Negara Dipa sosok nenek moyang diwujudkan dalam bentuk patung pria dan wanita yang disembah dan ditempatkan dalam istana. Pemujaan arwah nenek moyang yang berwujud pemujaan Maharaja Suryanata dan Puteri Junjung Buih merupakan simbol perkawinan (persatuan) alam atas dan alam bawah Kosmogoni Kaharingan-Hindu. Suryanata (surya= matahari; nata= raja) sebagai manifestasi dewa Matahari dari unsur kepercayaan Kaharingan-Hindu, matahari yang menjadi orientasi karena terbit dari ufuk timur (orient) selalu dinantikan kehadirannya sebagai sumber kehidupan, sedangkan Puteri Junjung Buih berupa lambang air, sekaligus lambang kesuburan tanah berfungsi sebagai Dewi Sri di Jawa. Pada masa tumbuhnya kerajaan Hindu, istana raja merupakan citra kekuasaan bahkan dianggap ungkapan berkat dewata sebagai pengejawantahan lambang Kosmos Makro ke dalam Kosmos Mikro. Puteri Junjung Buih sebagai perlambang "dunia bawah" sedangkan Pangeran Suryanata perlambang "dunia atas". Pada arsitektur Rumah Bubungan Tinggi pengaruh unsur-unsur tersebut masih dapat ditemukan. Bentuk ukiran naga yang tersamar/didestilir (bananagaan) melambangkan "alam bawah" sedangkan ukiran burung enggang gading melambangkan "alam atas".

    Pohon Hayat

    Pohon Hayat dan Payung (https://isalliv8.blogspot.com)

    Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan citra dasar dari sebuah "pohon hayat" yang merupakan lambang kosmis. Pohon Hayat merupakan pencerminan dimensi-dimensi dari satu kesatuan semesta. Ukiran tumbuh-tumbuhan yang subur pada Tawing Halat (Seketeng) merupakan perwujudan filosofi "pohon kehidupan" yang oleh orang Dayak disebut Batang Garing dalam kepercayaan Kaharingan yang pernah dahulu berkembang dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan pada periode sebelumnya.

    Payung

    Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan sebuah citra dasar sebuah payung yang menunjukkan suatu orientasi kekuasaan ke atas. Payung juga menjadi perlambang kebangsawanan yang biasa menggunakan "payung kuning" sebagai perangkat kerajaan. Payung kuning sebagai tanda-tanda kemartabatan kerajaan Banjar diberikan kepada para pejabat kerajaan di suatu daerah.

    Simetris

    Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris, terlihat pada bentuk sayap bangunan atau anjung yang terdiri atas Anjung Kanan dan Anjung Kiwa. Hal ini berkaitan dengan filosofi simetris (seimbang) dalam pemerintahan Kerajaan Banjar, raja sebagai kepala negara dibantu oleh mangkubumi sebagai kepala pemerintahan, sedangkan mangkubumi dibantu oleh dua orang asisten yaitu Mantri Panganan (Asisten Kanan) dan Mantri Pangiwa (Asisten Kiri). Mangkubumi juga membawahi 2 kelompok menteri utama yang terdiri 4 orang menteri (Mantri Ampat= menteri berempat) yang bergelar Patih dan 4 menteri lainnya yang bergelar Sang, sehingga terdapat 8 menteri utama (menteri berdelapan), dimana setisp menteri tersebut memiliki pasukan masing-masing. Konsep simetris ini tercermin pada rumah bubungan tinggi.

    Kepala-Badan-Kaki


    Kepala-Badan-Kaki (https://isalliv8.blogspot.com)


    Bentuk rumah Bubungan Tinggi diibaratkan tubuh manusia terbagi menjadi 3 bagian secara vertikal yaitu kepala, badan dan kaki. Sedangkan anjung diibaratkan sebagai tangan kanan dan tangan kiri yaitu anjung kanan dan anjung kiwa (kiri).

    Tata Nilai Ruang

    Denah Rumah Adat Bubungan (https://id.wikipedia.org)

    Pada rumah Banjar Bubungan Tinggi (istana) terdapat ruang Semi Publik yaitu Serambi atau surambi yang berjenjang letaknya secara kronologis terdiri dari surambi muka, surambi sambutan, dan terakhir surambi Pamedangan sebelum memasuki pintu utama (Lawang Hadapan) pada dinding depan (Tawing Hadapan ) yang diukir dengan indah. Setelah memasuki Pintu utama akan memasuki ruang Semi Private. Pengunjung kembali menapaki lantai yang berjenjang terdiri dari Panampik Kacil di bawah, Panampik Tangah di tengah dan Panampik Basar di atas pada depan Tawing Halat atau "dinding tengah" yang menunjukkan adanya tata nilai ruang yang hierarkis. Ruang Panampik Kecil tempat bagi anak-anak, ruang Panampik Tangah sebagai tempat orang-orang biasa atau para pemuda dan yang paling utama adalah ruang Panampik Basar yang diperuntukkan untuk tokoh-tokoh masyarakat, hanya orang yang berpengetahuan luas dan terpandang saja yang berani duduk di area tersebut. Hal ini menunjukkan adanya suatu tatakrama sekaligus mencerminkan adanya pelapisan sosial masyarakat Banjar tempo dulu yang terdiri dari lapisan atas adalah golongan berdarah biru disebut Tutus Raja (bangsawan) dan lapisan bawah adalah golongan Jaba (rakyat) serta di antara keduanya adalah golongan rakyat biasa yang telah mendapatkan jabatan-jabatan dalam Kerajaan beserta kaum hartawan.

    Tawing Halat


    Tawing Halat  (https://isalliv8.blogspot.com)

    Ruang dalam rumah Banjar Bubungan Tinggi terbagi menjadi ruang yang bersifat private dan semi private. Di antara ruang Panampik Basar yang bersifat semi private dengan ruang Palidangan yang bersifat private dipisahkan oleh Tawing Halat artinya "dinding pemisah", kalau di daerah Jawa disebut Seketeng. Jika ada selamatan maupun menyampir (nanggap) Wayang Kulit Banjar maka pada Tawing Halat ini bagian tengahnya dapat dibuka sehingga seolah-olah suatu garis pemisah transparan antara dua dunia (luar dan dalam) menjadi terbuka. Ketika dilaksanakan "wayang sampir" maka Tawing Halat yang menjadi pembatas antara "dalam" (Palidangan) dan luar (Paluaran/Panampik Basar) menjadi terbuka. Raja dan keluarganya serta dalang berada pada area "dalam" menyaksikan anak wayang dalam wujud aslinya sedangkan para penonton berada di area "luar" menyaksikan wayang dalam bentuk bayang-bayang.

    Denah Cacak Burung

    Denah Cacak Burung (https://isalliv8.blogspot.com)

    Denah Rumah Banjar Bubungan Tinggi berbentuk "tanda tambah" yang merupakan perpotongan dari poros-poros bangunan yaitu dari arah muka ke belakang dan dari arah kanan ke kiri yang membentuk pola denah Cacak Burung yang sakral. Di tengah-tengahnya tepat berada di bawah konstruksi rangka Sangga Ribut di bawah atap Bubungan Tinggi adalah Ruang Palidangan yang merupakan titik perpotongan poros-poros tersebut. Secara kosmologis maka disinilah bagian paling utama dari Rumah Banjar Bubungan Tinggi. Begitu pentingnya bagian ini cukup diwakili dengan penampilan Tawing Halat (dinding tengah) yang penuh ukiran-ukiran (Pohon Hayat) yang subur makmur. Tawing Halat menjadi fokus perhatian dan menjadi area yang terhormat. Tawang Halat melindungi area "dalam" yang merupakan titik pusat bangunan yaitu ruang Palidangan (Panampik Panangah).

    Sumber: Rumahnusa

    Informasi lebih lanjut hubungi

    Peta TMII (https://id.wikipedia.org)

    Paviliun Provinsi Kalimantan Selatan
    Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur
    Telp : (62) 21 8779 2078

  • Propinsi Kalimantan Tengah dengan Ibukotanya Palangka Raya, provinsi terluas ketiga di Indonesia setelah Provinsi Papua dan Provinsi Kalimantan Timur, dengan luas wilayah mencapai 153.564 kilomenter persegi.

    Rumah Panjang merupakan seni arsitektur yang berkembang pada masyarakat Dayak yang pada umumnya memiliki kemiripan satu sama lain di antara sub-sub Rumpun Dayak. Rumah panjang yang disebut dalam berbagai istilah seperti rumah panjai (Dayuk Iban Sarawak), rumah radank (Dayak Kanayatn), huma betang (Dayak Ngaju), Rumah Balay (Dayak Meratus), rumah Baloy (Dayak Tidung). Di kalimantan Timur terdapat Rumah Lamin, namun setiap sub etnis sebenarnya mempunyai sebutan sendiri untuk rumah lain tersebut. Orang Tonyooi (Tunjung) menyebutnya Luuq, orang Benuaq menyebutnya dengan Lou, orang Bahau menyebutnya sebagai Amin, orang Kenyah menyebutnya dengan nama Amin Bioq dan orang Aoheng menyebutkannya Baang Adet serta orang Melayu (Kutai) menyebutkannya dengan nama Lamin.

    Rumah Adat Huma Betang atau Rumah Adat Betang


    Betang dibangun biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.

    Ciri-ciri bentuk rumah suku-suku Dayak secara universal dapat dilihat dari:

    Bentuk Bangunan

    Bentuk bangunan panjang dan hanya beberapa unit saja dalam satu kampung. Biasanya tidak lebih dari 5 unit. Satu unit bisa digunakan oleh 5-10 anggota keluarga. Bahkan ada yang digunakan secara komunal oleh lebih dari 30 anggota keluarga. Bentuk rumah berkolong tinggi, dengan ketinggian sampai dengan 4 meter dari permukaan tanah. Badan rumah (dinding) terkadang berarsitektur jengki dengan atap pelana memanjang.

    Tata Ruang

    Ruang-ruang yang ada dalam Rumah Betang biasanya terdiri dari :

    1. Sado' (dalam bahasa Dayak Simpangk) adalah pelantaran tingkat bawah yang biasanya merupakan jalur lalu lalang penghuni rumah Betang. Sado' juga biasanya digunakan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas umum seperti menganyam, menumbuk padi, berdiskusi adat secara massal, dan lain sebagainya.

    Sado'

    2. Padongk dapat diterjemahkan sebagai ruang keluarga, letaknya lebih dalam dan lebih tinggi dari pada sado'. Ruangan ini biasanya tidak luas, mungkin berkisar antara 4x6m saja. Padongk lebih umum dimanfaatkan oleh pemilik Rumah Betang sebagai ruang kumpul keluarga, ngobrol, makan minum, menerima tamu dan aktivitas yang lebih personal.

    Padongk

    3. Bilik adalah ruang tidur. Bilik tentu saja digunakan untuk tidur. zaman dahulu, satu bilik bisa dipakai oleh 3-5 anggota keluarga. mereka tidur dalam satu ruangan dan hanya dibatasi oleh kelambu. Kelambu utama untuk ayah dan ibu, kelambu kedua dan ketiga untuk anak-anak. tentu kelambu anak laki-laki dan perempuan akan dipisahkan.

    Bilik

    4. Dapur. Ruang ini terbuka dan memiliki view yang langsung berhadapan dengan ruang padongk. Umumnya dapur hanya berukuran 1x2m dan hanya untuk menempatkan tungku perapian untuk memasak. Di atas perapian biasanya ada tempara untuk menyimpan persediaan kayu bakar. Dapur di rumah Betang amat sederhana dan hanya berfungsi untuk kegiatan masak memasak saja.

    Dapur

    Ukiran rumah adat suku dayak

    Ornamen Atap (https://dinawulandari-chayoodhiena.blogspot.com)

    Warga Dayak belajar berbagai seni ukir dan patung. Masyarakat Dayak memiliki kekayaan seni ukir yang dekat dengan alam, seperti tumbuhan dan satwa, serta berbagai simbol kepercayaan mereka. Itu terlihat mulai dari arsitek bangunan rumah, peralatan rumah tangga, sampai perangkat kesenian.

    Nilai Estetika dan Etika

    Ornamen Dinding dalam (https://dinawulandari-chayoodhiena.blogspot.com)

    Selain pada tampilan dari luar, juga pada ukiran-ukiran yang ada pada setiap bangunan. Ukiran-ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dilihat seperti pada bubungan rumah, depan rumah, di atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu dan lain-lain. Selain itu, nilai estetika juga dapat dengan mudah dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di halaman depan rumah.

    Ornamen Tiang (https://dinawulandari-chayoodhiena.blogspot.com)

    Untuk membangun tiang, sedapat-dapatnya dicari pohon kayu ulin yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan kekuatan dan kesehatan sehingga diharapkan bangunan dapat bertahan lama dan jika sudah ditempati, penghuninya diharapkan senantiasa mendapat kesehatan baik. Ukiran pada bangunan umumnya melambangkan penguasa bumi, penguasa dunia atas dan dunia bawah, yang dilambang dengan ukiran burung tingang dan ukiran naga.

    Sumber: Adhycoken

    Informasi lebih lanjut hubungi

    Peta TMII (https://id.wikipedia.org)

    Paviliun Provinsi Kalimantan Tengah
    Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur
    Telp : (62) 21 8779 2078

  • Rumah Adat Betang Kalimantan Barat (https://buka-jogja.blogspot.com)

    Kalimantan Barat beribu kota Pontianak. Daerah ini berbatasan langsung dengan Sarawak bagian dari negara tetangga yaitu Malaysia. Kalimantan barat disebut sebagai provinsi seribu sungai, karena provinsi ini memiliki banyak sungai kecil dan sungai besar yang digunakan sebagai jalur utama angkutan untuk masuk kepedalaman.

    Sama seperti daerah lainnya yang ada di Indonesia, Kalimantan Barat pun memiliki rumah adat Dayak dan rumah adat Melayu.

    Rumah Adat Betang


    Rumah Adat Betang (https://www.indonesia.travel)

    Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan.

    Suku Dayak hidupnya berkelompok, membentuk koloni dari anggota keluarga mereka. Dengan gaya hidup berkelompok tersebut sangat mempengaruhi bentuk dan besar dari rumah mereka.

    Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi, itu tergantung seberapa besar dan banyak keluarga mereka. Keluarga besar suku Dayak biasanya tinggal dalam satu atap atau satu rumah, oleh karena itu ada rumah Betang yang bisa mempunyai panjang mencapai 150 meter dan lebar hingga 30 meter bahkan ada yang lebih. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari permukaan tanah. Tujuan dari rumah panggung tersebut untuk mengantisipasi datangnya banjir pada musim penghujan karena sering sungai meluap dan terjadi di daerah-daerah hulu sungai di Kalimantan.

    Mereka hidup bersama dan berkelompok dalam satu rumah secara turun menurun. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati satu bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.

    Filosofi Rumah Adat Betang

    Prinsip hidup suku Dayak tercermin dari bentuk dan model rumah adat suku Dayak ini. Hidup yang berdasarkan kebersamaan dan toleransi membentuk keutuhan di rumah Betang.

    Bagian-Bagian Rumah Adat Betang

    Bagian depan

    Pada bagian depan rumah Betang terdapat sebuah anak tangga sebagai pintu masuk ke dalam rumah. Rumah yang berbentuk panggung dengan ketinggian sekitar tiga sampai lima meter dari permukaan tanah ini sengaja dibangun untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas.

    Di ujung anak tangga, kita akan menjumpai sebuah bale atau balai yang tidak terlalu luas, fungsinya sebagai tempat untuk menerima tamu maupun untuk mengadakan pertemuan dengan kerabat maupun keluarga yang lain. Masuk ke dalam bangunan, kita akan melihat banyak ruangan yang disekat menjadi beberapa ruangan. Setiap ruangan atau bilik ini ditempati oleh satu keluarga. Jadi, semisal dalam satu rumah betang ada 50 keluarga, berarti jumlah bilik juga ada 50. Itulah kenapa rumah Betang ini bentuknya sangat panjang.

    Bagian belakang

    Di bagian belakang rumah adat suku Dayak terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil dan alat-alat pertanian. Selain itu, rumah adat suku Dayak juga memiliki kandang hewah ternak yang menyatu di rumah, karena hewan peliharaan termasuk dalam harta kekayaan keluarga seperti babi, sapi dan anjing.

    Rumah betang ini mencerminkan perilaku masyarakat Dayak yang mengutamakan persaudaraan dan kebersamaan.

    Rumah Adat Betang Radakng


    Rumah Adat Betang Radakng, Komplek Perkampungan Budaya, Jalan Sutan Syahrir, Kota Baru, Pontianak, Kalimantan Barat (https://www.skyscrapercity.com)

    Rumah Adat Betang Radakng terletak  Komplek Perkampungan Budaya di jalan Sutan Syahrir, Kota Baru, Pontianak, diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Drs. Cornelis, MH pada tanggal 02/07/13.

    (https://www.skyscrapercity.com)

    Rumah Radakng dalam bahasa Indonesia disebut rumah panjang atau rumah betang yang diambil dari bahasa Dayak Kanayatn. Rumah Radakng ini dibangun sebagai upaya pengembangan dan pelestarian adat istiadat. Rumah Radakng didesain untuk menampung sekitar 600 orang di ruang utama. Sementara itu,area halaman yang luas juga dapat digunakan untuk aktivitas budaya.

    (https://www.kaskus.co.id)

    Rumah panjang yang panjangnya sekitar 138 meter dan tingginya 7 meter itu dipastikan paling mewah di Kalimantan yang berada di daerah perkotaan. Setelah diresmikan ada serah terima dari Dinas Pekerjaan Umum ke Gubernur dan diserahkan kembali ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar.

    (https://www.skyscrapercity.com)

    Rumah adat Dayak Radakng di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), segera dianugerahi rekor dunia, kata pendiri Museum Rekor Indonesia (MURI) Jayasuprana. "Rumah Adat Dayak Radakng ini layak dianugerahi rekor dunia dari MURI," kata Jayasuprana di Jakarta, Rabu (10/7/13).

    (https://www.skyscrapercity.com)

    Ia menilai, rumah adat Dayak Radakng, layak mendapat rekor dunia karena hingga kini di Indonesia bahkan di dunia belum pernah ada rumah adat yang ukuran bangunannya seperti rumah adat Dayak Radakng. "Dengan ukurannya itu, rumah adat Dayak Radakng bukan hanya terbesar di Indonesia, namun juga terbesar di dunia," katanya.

    Rumah Adat Baluk


    (https://ace-informasibudaya.blogspot.com)

    Baluk merupakan rumah adat suku dayak Bidayuh yang sangat berbeda bentuknya dari rumah adat suku-suku dayak lainnya khususnya yang berada di Kalimantan Barat dan umumya suku-suku dayak yang berada di Pulau Kalimantan.

    Rumah Adat Baluk ini terletak di Kecamatan Siding desa Hli Buei dusun Sebujit, jarak dari Ibukota Bengkayang ± 134 KM, dapat ditempuh dengan menggunakan motor air selama ± 2 jam. Rumah Adat ini gunakan oleh masyakat Suku Dayak Bidayuh dalam acara ritual tahunan (nibak’ng) yang dilaksanakan setiap tanggal 15 Juni, setelah usai musim menuai padi dan untuk menghadapi musim penggarapan ladang tahun berikutnya.

    Berbentuk bundar, berdiameter kurang lebih 10 meter dengan ketinggian kurang lebih 12 meter dan disanggah sekitar 20 tiang kayu dan beberapa kayu penopang lainnya serta sebatang tiang digunakan sebagai tangga yang menyerupai titian. Ketinggian ini menggambarkan kedudukan atau tempat Kamang Triyuh yang harus dihormati.

    Nyobeng adalah kegiatan Ritual Suku Dayak Bidayuh di daerah Sebujit desa Hlibeui Kecamatan Siding telah dilakukan secara turun temurun merupakan upacara adat Hliniau yaitu upacara adat permohonan berkat, sejahtera, kedamaian, ketentraman dan lain-lain namun upacara adat budaya ini hanya diperuntukan bagi kaum pria sedangkan bagi kaum wanita adat budaya tersebut dinamakan Nambok. Kedua jenis adat budaya ini merupakan upacara adat baluk dan adat padi.

    Rumah Adat Melayu


    Rumah Adat Melayu, Jalan Sutan Syahrir, Kota Baru, Pontianak, Kalimantan Barat (https://www.panoramio.com)

    Rumah Adat Melayu Kalimantan Barat ini terletak di jalan Sutan Syahrir, Pontianak. Tiang pertama rumah adat ini ditancapkan pada tanggal 17 Mei 2003. Rumah Adat Melayu Kalbar diresmikan secara langsung oleh Wakil Presiden Jussuf Kalla pada tanggal 9 November 2005. Rumah adat melayu ini merupakan pusat dari kebudayaan melayu yang ada di Kalimantan Barat. Sejak diresmikannya rumah adat melayu tersebut, menjadi satu diantara tempat yang dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

    Bangunan Rumah Adat Melayu ini berdiri diatas lahan seluas 1,4 hektar. Bangunan ini terdiri dari Balai Kerja yang berfungsi sebagai Seketariat Pertemuan Balai Rakyat, taman bermain, kios penjualan, Balai Pustaka yang berfungsi sebagai tempat kajian budaya dan perpustakaan. Balai Budaya yaitu ruang pertemuan sanggar tertutup dan ruang pengelola, Panggung Terbuka yang berfungsi sebagai ruang persidangan dan gudang, serta Pesanggarahan yang terdiri dari penginapan, pertemuan, klinik kesehatan dan tempat pelatihan.

    (https://pecidasase.blogspot.com)

    Rumah adat melayu ini juga berfungsi sebagai tempat musyawarah Majelis Adat Budaya Melayu. Majelis Adat Budaya Melayu, berperan dalam menyelenggarakan even budaya melayu di Kalimantan Barat, satu diantaranya adalah Festival Seni Budaya Melayu yang telah berlangsung lama.

    Seni arsitektur dari bangunan rumah adat melayu Kalbar ini dengan atapnya yang diduga mendapat pengaruh dari bentuk atap bangunan jawa. Model atap segitiga dengan tinggi 30 derajat yang berfungsi agar udara panas tidak terperangkap dalam ruangan rumah tersebut. Sementara itu terdapat kolong tinggi dibagian bawah rumah yang digunakan untuk tempat memarkir kendaraan.

    Sumber : Berbagai sumber dari internet

    Informasi lebih lanjut hubungi

    Peta TMII (https://id.wikipedia.org)

    Paviliun Provinsi Kalimantan Barat
    Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur
    Telp : (62) 21 8779 2078

  • Rumah Adat Lamin (https://www.kidnesia.com)

    Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia,tepatnya di pulau Kalimantan. Kalimantan Timur merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia dengan luas wilayah 245.237,80 km2, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Negara bagian Sabah dan Serawak, Malaysia Timur.

    Suku asli Kalimantan terdiri dari suku Dayak dan suku Melayu (Halok) serta suku pendatang seperti suku Jawa, Bugis, Mandar, Bajau, dan suku Tionghoa.

    1. Rumah Adat Lamin

    (https://yonwahyudi.blogspot.com)

    Rumah Lamin merupakan rumah adat dayak, khususnya yang berada di Kalimantan Timur. Kata ’Rumah Lamin’ memiliki arti rumah panjang kita semua, di mana rumah ini digunakan untuk beberapa keluarga yang tergabung dalam satu keluarga besar. Ciri dari rumah ini berbentuk panggung dengan ketinggian kolong sampai 3 meter.

    Bahan utama bangunan rumah adat Lamin adalah kayu ulin atau banyak orang yang menyebutnya sebagai kayu besi. Disebut kayu besi karena memang jenis kayu tersebut adalah kayu yang sangat kuat. Bahkan banyak orang mengatakan jika kayu ulin terkena air maka justru tingkat kekuatannya akan semakin keras. Mungkin hal inilah yang membuat banyak orang yang membangun rumah di atas dataran rawa atau pinggiran sungai namun tahan lama umur bangunannya. Selain bangunan, totem-totem yang ada di bagian depan Lamin juga terbuat dari bahan kayu ulin. Menurut saya pribadi, bangunan yang terbuat dari bahan kayu ulin memiliki kesan mewah karena warna hitam khasnya. Hanya saja menurut penduduk sekitar saat ini agak sulit untuk mencari pohon ulin karena ada alih konversi lahan serta perambahan hutan-hutan.

    Denahnya berbentuk segi empat memanjang dengan atap pelana. Bagian gevel diberi teritis dengan kemiringan curam. Tiang-tiang rumah terdiri dari dua bagian, bagian pertama menyangga rumah dari bawah sampai atap, bagian kedua merupakan tiang kecil yang mendukung balok-balok lantai panggung. Baik tiang utama maupun pendukung yang berada di bagian kolong terkadang diukir dengan bentuk patung-patung untuk mengusir gangguan roh jahat.

    Ukuran rumah lamin dapat memiliki lebar 25 meter, sedang panjangnya sampai 200 meter. Karena panjangnya dapat terdapat beberapa pintu masuk yang dihubungkan oleh beberapa tangga pula. Pintu masuk rumah berada pada sisi yang memanjang.Ruang dalam rumah lamin terbagi menjadi dua bagian memanjang di sisi depan dan belakang. Sisi depan merupakan ruangan terbuka untuk menerima tamu, upacara adat dan tempat berkumpul keluarga. Bagian belakangnya terbagi menjadi kamar-kamar luas, di mana satu kamar dapat dihuni oleh 5 keluarga.

    Rumah lamin dihias dengan ornamentasi dan dekorasi yang memilik makna filosofis khas adat dayak. Ornamentasi yang khusus dari rumah lamin milik bangsawan adalah hiasan atap yang memiliki dimensi sampai 4 meter dan terletak di bubungan. Warna-wara yang digunakan untuk rumah lamin juga memiliki makna tersendiri, warna kuning melambangkan kewibawaan, warna merah melambangkan keberanian, warna biru melambangkan loyalitas dan warna putih melambangkan kebersihan jiwa. Pada halaman depan juga terdapat tonggak-tonggak kayu yang diukir berbentuk patung. Tiang patung kayu yang terbesar dan tertinggi berada di tengah-tengah, bernama ’sambang lawing’ yang dipergunakan untuk mengikat binatang korban yang digunakan dalam upacara adat.

    2. Rumah Adat Bulungan

    Rumah Adat Bulungan (https://anisa-arsitekturnusantara.blogspot.com)

     (https://anisa-arsitekturnusantara.blogspot.com)

    Rumah adat Bulungan terletak di wilayah Kalimantan timur tepatnya di kota tanjung selor, secara gaya arsitektur rumah adat bulungan lebih condong ke gaya arsitektur kolonial yang disesuaikan dengan iklim tropis di indonesia, rumah adat khas bulungan sejatinya hanya digunakan untuk pertemuan penting di masa kesultanan bulungan, arsitektur rumah adat bulungan itu sendiri terpengaruh karna akibat adanya kegiatan perdagangan hindia belanda di bulungan pada massa itu, kegiatan ini mempengaruhi kegiatan masyarakat bulungan khususnya di bidang arsitektural yang sudah disesuaikan dengan iklim setempat contoh nya, munculnya bentukan dormer pada bagian atap, bentuk bangunan yang megah dan simetris dan terdapat motif bunga serta pengolahan landscaping yang formal.

    (https://anisa-arsitekturnusantara.blogspot.com)

    (https://anisa-arsitekturnusantara.blogspot.com)

    Untuk karakteristik bangunan bulungan, bangunan dayak islam melayu dan belanda pernah mempengaruhi  gaya bangunan di bulungan sesuai jaman dan bentuk social yang dilakukan pada jaman itu yang akhirnya di aplikasikan pada bentuk rumah adat khas bulungan, pada muka bangunan  terdapat tiga atap limas an segitiga, pada bagian belakang sisi kanan dan kiri bangunan memiliki gaya atap dengan sentuhan gevel khas arsitektur belanda yang terkenal pada tahun 1800-an yaitu the empire style yang berkesan megah dengan kolom kolom yang berjajar pada teras rumah. Untuk mewaikili budaya dayak dapat dilihat pada bentuk rumah tanduk yang merupakan rumah adat suku bulungan.

    Sumber bacaan: 

    Informasi lebih lanjut hubungi

    Peta TMII (https://id.wikipedia.org)

    Paviliun Provinsi Kalimantan Timur
    Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur
    Telp : (62) 21 8779 2078

Comments

The Visitors says